Pengusaha Khawatir RI Banjir Keramik China hingga India Usai Tarif Impor Trump

9 April 2025 13:56 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Impor Keramik. Foto: Yoesoep Adji/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Impor Keramik. Foto: Yoesoep Adji/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memandang dampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap industri keramik nasional tidak terlalu mengkhawatirkan. Sebab, selama ini AS tidak termasuk ke dalam negara tujuan ekspor utama keramik nasional.
ADVERTISEMENT
"Namun sebaliknya Asaki harus mengamati dengan serius ancaman lonjakan impor keramik dari China, India, dan Vietnam akibat pengalihan ekspor keramik negara-negara tersebut ke AS pasca penerapan tarif imbal balik," kata Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, melalui keterangan tertulis, Rabu (9/4).
Edy mengungkapkan AS selama ini melakukan importasi keramik terbesar dari India dan China. Ia mengatakan pihaknya sedang mengamati angka impor keramik yang melonjak signifikan dari India pasca diterapkan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau Safeguard dan penerapan BMAD atas keramik impor dari China.
"Tidak tertutup kemungkinan adanya indikasi unfair trade dari India seperti tindakan dumping dan predatory pricing karena mengalami oversupply dan overcapacity," ujar Edy.
Asaki akan memperkuat pangsa pasarnya dan lebih agresif mengisi permintaan keramik di kawasan ASEAN. ASAKI memandang ASEAN sebagai pasar ekspor utama yang strategis karena jumlah populasi yang besar atau sekitar 680 juta orang membutuhkan keramik sebesar 1,2 miliar m2 per tahun.
ADVERTISEMENT
Edy membutuhkan atensi serius dan kehadiran pemerintah berkaitan dengan daya saing industri keramik nasional yang cenderung semakin menurun. Hal itu akibat gangguan supply gas oleh PGN dengan memberlakukan kuota pemanfaatan volume gas HGBT 60 persen-70 persen dan harga regasifikasi gas USD 16,77/mmbtu telah merugikan industri keramik nasional.
"Asaki mendesak pemerintah untuk membuka keran impor gas dan memberlakukan DMO atau Domestic Market Obligation gas untuk industri dalam negeri," ungkap Edy.
Di saat semua negara melakukan praktik proteksionisme, Edy berharap pemerintah konsisten mendorong Program P3DN melalui sertifikasi TKDN yang efektif membantu penyerapan produk dalam negeri bagi industri keramik nasional.
"Selain itu Asaki mengharapkan Pemerintah Prabowo segera menjalankan program 3 juta unit rumah yang akan memberikan banyak multiplier effect bagi industri-industri bahan bangunan seperti ubin keramik, sanitary ware dan genteng keramik, serta tableware keramik," tutur Edy.
ADVERTISEMENT