Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pengusaha soal Sarjana UI Kalah dari Lulusan STM: Kompetensi Kerja yang Dicari
29 Mei 2023 14:35 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industri Kadin Indonesia, Anton J. Supit, menilai dari perspektif perusahaan, kemampuan dan pengalaman memang lebih dicari dibandingkan tingkat pendidikan.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya program vokasi dalam institusi pendidikan, agar lulusannya punya keahlian dan keterampilan di bidangnya. Sehingga mampu bersaing dan siap bekerja.
“Saat ini yang lebih dicari adalah orang yang punya kompetensi, karena itu sistem vokasi harus dijalankan secara konsisten,” kata Anton saat dihubungi kumparan, Senin (29/5).
Anton merasa sistem pendidikan Indonesia layak ditinjau kembali, karena saat ini masih berfokus pada keunggulan akademik. Ia menyebut lulusan SMP di luar negeri bisa langsung masuk ke sekolah vokasi untuk mengembangkan keahlian mereka sejak dini. Sementara, pilihan masuk SMA dan universitas diarahkan untuk mereka yang ingin berkarier sebagai akademisi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Indonesia dapat mencontoh sistem pendidikan luar negeri agar melahirkan angkatan siap kerja dengan kompetensi tinggi.
“Sistem pendidikan kita harus menyesuaikan seperti di luar negeri. Setelah SMP mereka memilih mau siap kerja, masuk sekolah vokasi, tapi kalau mau jadi scientist, ambil jalur SMU dan universitas,” tutur Anton.
Sebelumnya, sebuah cuitan di Twitter viral lantaran sarjana lulusan Teknis Mesin Universitas Indonesia (UI) kalah bersaing dengan lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) dalam mendapatkan pekerjaan di PT PAL Indonesia.
Seorang warganet mengeluhkan, dirinya dan teman-temannya yang merupakan lulusan Teknik Mesin UI 2022, dikalahkan oleh pendaftar lainnya yang berumur 30. Pendaftar tersebut merupakan lulusan STM.
“Saya beserta teman-teman ada 15 orang tapi dikalahin sama bapak-bapak umur 30-an. Bapaknya juga hanya lulusan STM + sertifikat Welding dan pengalaman kerja di Italia, Eropa, tepatnya di Fincantieri katanya,” tutur cuitan warganet tersebut dikutip kumparan, Senin (29/5).
ADVERTISEMENT
Ia juga menilai perusahaan-perusahaan tidak mempercayai sarjana di negeri sendiri, sehingga memilih pendaftar lulusan STM dengan pengalaman kerja di luar negeri.