Perang Tarif AS-China Bisa Bikin Biaya Logistik Naik

16 April 2025 10:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China diproyeksi bisa membuat industri di seluruh dunia menggigit jari. Salah satu imbasnya yaitu pada biaya logistik yang kian naik. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan jika perang tarif antara AS dengan China belum menemukan titik temu maka akan terjadi kekacauan, sebab perdagangan China-AS termasuk perdagangan besar. “Kalau dari China tidak ada kirim barang (ke AS) otomatis tidak ada kontainer kapal ke sana kan? Nah, otomatis dunia ini ekosistem logistiknya akan terganggu karena tidak seimbang nanti. Ini pernah terjadi pada saat COVID-19,” kata Adhi saat ditemui usai gelaran Indonesia Investment Summit oleh Asian Trade Tourism and Economics Council (ATTEC), Jakarta, Selasa (15/4).
ADVERTISEMENT
Adhi menuturkan pada saat pandemi COVID-19 melanda, banyak kontainer yang berhenti beroperasi dan berujung pada membengkaknya biaya logistik. Dia menaksir angkanya biasa meningkat tiga hingga lima kali lipat dari harga biasanya. Sebab, menurut dia perdagangan di dunia saat ini sudah saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lain. “Satu negara stuck, negara lain akan terganggu. Bayangkan kalau tidak ada barang dari China, yang dari sana mau ke sini nggak ada. Kalau ada pun berangkat kapal kosong otomatis (biaya logistik) mahal sekali,” terang Adhi. Selain itu Adhi juga mengkhawatirkan ketika China tidak berhasil menjual produknya ke AS, maka dia juga akan mencari pangsa pasar baru termasuk Indonesia. Menurut Adhi yang juga merupakan Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tersebut, pemerintah Indonesia sudah seharusnya mengantisipasi akan ada gelontoran produk dari negara yang mendapatkan tarif impor tinggi oleh AS utamanya China. “Indonesia saatnya mereformasi dan memperbaiki iklim usaha dalam negeri, seperti instruksi Presiden. Pada waktu seharusnya, sangat jelas sekali, regulasi, hapus hambatan-hambatan semua harus dihapuskan karena kita harus antisipasi itu,” terang Adhi.
ADVERTISEMENT