Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan yang viral di Twitter memperlihatkan foto pengetesan Pertalite menggunakan sebuah alat. Hasilnya tertera Pertalite memiliki RON 8 6.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menegaskan alat pengukur RON BBM yang digunakan seperti di media sosial tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Irto menjelaskan alat pengujian RON yang akurat harus mengacu kepada metode standar seperti ASTM RON method. Dengan standar tersebut, seluruh proses pengujian dapat divalidasi dan alat yang digunakan selalu dikalibrasi.
"Pada gambar tersebut, Pertamina tidak dapat memastikan alat yang digunakan dalam pengujian RON. Jika alat yang digunakan tersebut adalah Oktan Analyzer Portable, alat tersebut juga harus terbukti sudah terkalibrasi menggunakan certified reference material secara berkala," kata Irto kepada kumparan, Sabtu (8/10).
ADVERTISEMENT
Menurut Irto, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri Minyak dan Gas bumi (Lemigas) Kementerian ESDM juga sudah menguji 6 sample Pertalite di SPBU wilayah Jakarta.
"Seluruh sample menunjukkan hasil atau spek Pertalite masih sesuai dengan ketentuan Dirjen Migas No. 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) BBM Jenis Bensin RON 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri," tegas Irto.
Penjelasan mengenai alat pengecekan RON juga pernah disampaikan Ahli Konversi Energi ITB Tri Yuswidjajanto. Dalam unggahannya di YouTube Bensin Kita seperti yang disertakan Irto, Guru Besar ITB itu menjelaskan alat yang digunakan untuk mengukur RON adalah mesin Coordinating Fuel Research (CFR) yang biasa digunakan Pertamina. Selain itu, untuk menguji sampel bahan bakar dengan mesin CFR ini tidak bisa sembarangan orang dan harus operator bersertifikat.
ADVERTISEMENT
Mesin CFR, kata dia, adalah uji oktan BBM yang berlaku secara internasional dengan cara kerja menduplikasi pembakaran di dalam mesin, sehingga bisa buktikan ketahanan bahan bakar. Hasil ujinya bisa dijadikan acuan.
"Kalau alat ukur oktan portable yang beredar di pasaran bekerja dengan prinsip fisika kimia bahan bakar yang datanya sudah masuk dalam database memori alat, sehingga tidak bisa dijadikan acuan," terang Tri.
Kata Pertamina soal Pertalite Beda Warna & Disebut Lebih Boros
Sebelum ramai soal kadar oktan Pertalite, BBM jenis ini juga pernah viral dikabarkan warna berubah dan lebih boros setelah harganya naik menjadi Rp 10.000 per liter. Banyak masyarakat yang mencuit di akun Twitter mereka mengeluhkan pemakaian Pertalite yang semakin boros pasca harganya dinaikkan.
Bahkan, pengamat BBM serta mantan Anggota Komisi VII Bidang Pertambangan dan Energi DPR RI 2014-2019, Kurtubi, mengatakan bahwa ada kemungkinan kualitas Pertalite menurun.
ADVERTISEMENT
“Kok bisa cepat habis? Ini masalah cukup serius menurut saya. Ini mesti direspons pemerintah, kasih saran tindakan yang sebaiknya dilakukan. Menurut saya ada dua kemungkinan, kualitas [Pertalite] menurun atau sengaja diturunkan, dugaan saya itu kemungkinan ada pelemahan kualitas. Sebelumnya tidak ada seperti ini, jadi harus diperiksa,” kata Kurtubi.
Tak hanya pemakaiannya yang dirasa menjadi lebih boros, media sosial juga viral oleh beredarnya foto yang membandingkan warna Pertalite dulu dan sekarang. Dalam unggahan tersebut, satu Pertalite berwarna hijau pekat dan yang satunya hijau terang.
Pertamina juga sudah menanggapi hal tersebut. Executive GM Pertamina Regional Jawa Bagian Barat, Waljiyanto menegaskan, warna dan bau tidak akan mempengaruhi kualitas BBM. Dia juga memastikan kualitas Pertalite masih sama.
ADVERTISEMENT
Adapun soal keluhan masyarakat yang merasa Pertalite saat ini lebih boros, Waljiyanto menyebut hal itu hanyalah efek psikologis. Sebab, menurutnya Pertamina selalu menjaga kualitas BBM secara ketat.
"Itu persepsi mereka, secara kualitas tetap sama. Kalau beda itu kita yang disemprot SKK Migas. Sebelum harga naik, masyarakat belinya literan, enggak berasa. Setelah naik belinya Rp 20 ribu, Rp 50 ribu. Itu efek psikologis," kata dia
Senada, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan kualitas BBM jenis Pertalite tidak berubah. Menurutnya, Pertalite yang dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.
ADVERTISEMENT
“Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar di antaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP). Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal),” kata Irto.