Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Populer: Pansus Mark Up Beras Bulog Rp 2,7 T; Bisnis Klenik Jadi Cuan di Medsos
8 Juli 2024 5:58 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga informasi mengenai bisnis klenik yang raup cuan di media sosial tak kalah menyita perhatian publik.
Berikut rangkumannya:
Kasus Dugaan Skandal Mark Up Impor Beras Bulog
Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, mengusulkan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) terkait dugaan skandal adanya mark up (selisih harga) impor 2,2 juta ton beras Bulog senilai Rp 2,7 triliun dan kerugian negara akibat demurrage (denda) impor beras senilai Rp 294,5 miliar.
Daniel Johan memandang pembentukan Pansus di DPR bertujuan untuk mengungkap segala kebenaran terkait skandal impor beras yang menyeret nama Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Bayu Krisnamurthi.
"Kami akan usulkan jadi bisa diungkap sejauh mana kebenarannya,” kata Daniel Johan dalam keterangannya, Minggu (7/7).
ADVERTISEMENT
Selan itu, menurut dia pembentukan pansus skandal impor beras diperlukan untuk memperbaiki tata kelola pangan Indonesia, sebagai komitmen dan langkah pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan.
Bisnis Klenik di Media Sosial Makin Ramai
Di TikTok belakangan mendadak ramai penerawangan atau cek khodam yang kemudian menjadi tren baru.
Masyarakat Indonesia memang memiliki kebiasaan meyakini hal-hal berbau supranatural hingga kepercayaan terhadap roh leluhur yang telah turun temurun dan berlangsung lama, sedari tradisi lisan masih kentara.
Khodam misalnya, yang dalam budaya Jawa dipercaya dapat memberikan berbagai manfaat bagi pemilik weton, mulai dari perlindungan hingga kekuatan spiritual.
Khodam sendiri dalam bahasa Arab artinya pembantu, penjaga, atau pengawal dengan bentuk yang beragam, dapat berupa jin, roh leluhur, hingga energi.
Seiring perkembangan zaman, hal-hal berbau klenik ini rupanya beradaptasi dengan teknologi. Tak cuma cek khodam, sejumlah praktik bisnis klenik telah lebih dulu berekspansi ke media digital.
ADVERTISEMENT
Bisnis seperti jasa pasang susuk berikut dengan penjualan susuk dan jimatnya, juga penjualan bulu perindu untuk memikat lawan jenis, hingga penjualan parfum aura.
Pengamat Sosial Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis, mengatakan masyarakat seharusnya bisa lebih berhati-hati untuk menyikapi maraknya praktik bisnis klenik di media sosial. Rissalwan bilang, banyak kasus penipuan yang terjadi dalam bisnis berbau klenik di media sosial ini.
Lantaran, menurut dia, untuk meyakinkan calon pembeli, oknum tidak bertanggung jawab bisa saja memalsukan testimoni produk atau jasa ilmu klenik di media sosial.
"Saya kira yang jadi masalah dari promosi produk klenik ini adalah adanya unsur penipuan ya. Jadi konsumen perlu lebih cerdas untuk memahami penawaran terkait klenik ini, testimoni bisa saja direkayasa sehingga konsumen tertarik untuk membeli," kata Rissalwan kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Rissalwan tidak menampik sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai hal-hal berbau klenik ini, bahkan setelah berekspansi ke media sosial yang notabene merupakan teknologi baru. Sebab, lanjut Rissalwan, adanya kebutuhan manusia akan kekuatan besar yang dapat mengubah hidup, membuat masyarakat dengan mudah mempercayai hal-hal berbau klenik.
Sementara, pengamat ekonomi digital, Heru Sutadi, memandang praktik klenik semacam ini tidak ubahnya seperti orang yang mempercayai ramalan zodiak juga shio. Namun bisa tidak menimbulkan kerugian baik materil maupun nonmateril.
"Sebenarnya sama aja dengan ramalan zodiak, shio, kan itu kan lucu-lucuan aja gitu karena semua bintang. Semua shio itu kan ternyata memang bagus ada motivasi di dalam ramalan-ramalan tersebut. Untuk lucu-lucu, untuk kita baca-baca aja sepanjang itu gratis nggak masalah," tutur Heru kepada kumparan, Selasa (2/7).
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, masyarakat harus menyikapi fenomena ini dengan baik, jika bisnis klenik ini dapat menimbulkan kerugian, materil atau diharuskan melakukan sederet ritual.
Dia tidak menampik bahwa perkembangan teknologi digital akan membawa sederet layanan untuk turut bertransformasi, termasuk bisnis yang berbau klenik. Hanya saja, masyarakat harus lebih bijak untuk menyikapi perubahan ini.