Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Populer: Prospek Bisnis Pakaian Dalam; Erick Diminta Tunda Merger BUMN Karya
27 Mei 2023 5:55 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Bisnis pakaian dalam di Amerika Serikat (AS) harus mengubah strateginya imbas para perempuan semakin enggan memakai bra, menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Jumat (26/5).
ADVERTISEMENT
Selain itu, berita mengenai Menteri BUMN Erick Thohir diminta untuk menunda merger atau konsolidasi BUMN Karya dari awalnya 9 perusahaan menjadi 4, juga ramai dibaca publik. Berikut rangkumannya.
Makin Banyak Perempuan Enggan Pakai Bra, Ini Dampaknya ke Bisnis Pakaian Dalam
Dikutip dari Business Insider, Jumat (26/5), survei soal perempuan yang makin enggan pakai bra itu dilakukan oleh peritel pakaian dan aneka aksesoris yang berpusat di Pittsburgh, Pennsylvania, yakni American Eagle.
Direktur Eksekutif American Eagle, Jennifer Foyle, mengungkapkan perkembangan desain pakaian termasuk model bra, menjadi pemicu keengganan perempuan AS pakai bra.
"Ini karena barang-barang seperti bralette dan crop top telah menjadi populer sebagai pakaian luar," ujar Jennifer Foyle.
Merespons tren tersebut, American Eagle dan brand pakaian dalam satu grup-nya, Aerie, harus memfokuskan ulang bisnis mereka.
ADVERTISEMENT
"Gadis-gadis mengenakan atasan bra," imbuhnya. "Jadi, tidak perlu bra, dan kami fokus pada itu dan bagaimana dia memakai pakaian intimnya," lanjut Jennifer Foyle lagi.
Meski perempuan khususnya di AS enggan memakai bra, ternyata tren itu tak membuat prospek bisnis pakaian dalam khususnya bra surut. Data Stratview Research menunjukkan nilai pasar bra secara global pada 2023 diproyeksi mencapai USD 24,2 miliar, naik dari 2022 sebesar USD 23 miliar.
Erick Thohir Diminta Tunda Merger BUMN Karya: Agar Tak Kotori Keuangan Lain
Pengamat BUMN Herry Gunawan menjelaskan jika BUMN Karya digabung jadi 4 perusahaan, berarti utang perusahaan-perusahaan tersebut akan digabung di perusahaan tersisa.
"Karena itu mestinya biarkan BUMN karya menyelesaikan masalahnya dulu sendiri. Kalau sudah bersih, baru dikonsolidasikan biar tidak mengotori yang lain,” kata Herry kepada kumparan, Jumat (26/5).
ADVERTISEMENT
Herry menilai penugasan BUMN Karya seperti pembangunan jalan tol berada di luar kapasitas sehingga menyebabkan utang menumpuk jadi sangat besar, sementara penghasilannya rendah atau jauh dari memadai.
"Bahkan sudah banyak yang jual aset jalan tol yang ketika dibangun menjadi sumber utang baru. Kalau sudah begitu beban berat akan lari ke APBN karena akan dipaksa kasih PMN. Ini multiplier effect dari bencana yang terjadi di BUMN Karya," tutur Herry.