Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
PPA Siap Jika Ditugaskan 'Rawat' Waskita Karya yang Terancam Delisting
12 Desember 2023 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Holding BUMN Danareksa , yang menaungi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), siap sedia jika ditugaskan menangani alias merawat PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang kini dalam proses restrukturisasi dan terancam delisting dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
ADVERTISEMENT
PPA adalah anak usaha dari Danareksa yang bergerak di sektor pengelolaan aset. Perusahaan ini memiliki spesialisasi restrukturisasi dan revitalisasi BUMN, kegiatan investasi, kegiatan pengelolaan aset BUMN dan penasihat, dengan tiga pilar utama yaitu direstrukturisasi, direvitalisasi, atau divestasi.
Direktur Utama Danareksa, Yadi Jaya Ruchandi, menuturkan PPA sebenarnya sempat melakukan restrukturisasi terhadap Waskita Karya yang rampung pada tahun 2013 silam.
"Sekarang Waskita kleyengan lagi. Sebetulnya kita ini rumah sakit rujukan lah istilahnya, terserah mau pilih mau diapain Waskita-nya, mau di-PPA-kan (ditangani oleh PPA), atau dirawat sendiri, rawat jalan, terserah daripada pemilik," ungkapnya saat Media Gathering di Lokananta, Solo, Senin (11/12).
Dengan demikian, Yadi tidak bisa menentukan keputusan Waskita Karya akan direvitalisasi atau direstrukturisasi di dalam naungan PPA. Hanya saja, jika memang ditugaskan oleh Kementerian BUMN, perusahaan pun pasti siap.
ADVERTISEMENT
"PPA itu sifatnya tugas ya, kalau disuruh untuk menyehatkan ya kita enggak bisa nolak, kita harus siap melaksanakannya," pungkas dia.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menanggapi potensi penghapusan pencatatan atau delisting saham Waskita Karya. Suspensi saham emiten konstruksi BUMN itu berlangsung sejak 8 Mei 2023 dan kini terancam angkat kaki dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menilai kondisi yang dialami Waskita Karya tidak akan sampai membuat perusahaan itu menjadi pasien PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Apalagi, kata Arya, aset Waskita Karya saat ini masih bagus.
“Dari segi aset mereka bagus ya, cuma asetnya ada yang belum selesai, jalan tolnya berapa itu banyak banget, dia asetnya cukup, Tapi kan masih belum selesai,” kata Arya di Kementerian BUMN, Senin (27/11).
ADVERTISEMENT
Arya menjelaskan demi perbaikan di tubuh Waskita Karya, aset-aset yang dimiliki perusahaan tersebut nantinya dapat dijual, ketika pembangunannya telah rampung.
“Kalau selesai kan nanti bisa dieksekusi misalnya dijual kok, maka itu bisa membuat mereka jadi lebih sehat lagi. Jadi nggak sampai perlu masuk PPA karena kita lihat masih oke,” tambah Arya.
Adapun Waskita Karya tengah menjalankan program transformasi bisnis melalui 8 stream penyehatan keuangan. Perusahaan menargetkan proses restrukturisasi selesai pada akhir tahun 2023.
Perseroan melakukan review secara komprehensif terhadap Master Restructuring Agreement (MRA) dengan seluruh kreditur perbankan termasuk upaya restrukturisasi terhadap pemegang obligasi melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yang digelar pada akhir November 2023.
Saat ini, seluruh perbankan Himbara dan sebagian perbankan swasta telah menyetujui skema restrukturisasi Waskita yang mewakili sekitar 80 persen dari nominal outstanding utang. Perseroan juga berharap pemegang obligasi dapat menyetujui skema MRA tersebut.
ADVERTISEMENT
”Persetujuan atas restrukturisasi Waskita merupakan titik penting bagi Waskita untuk dapat segera mengimplementasikan skema restrukturisasi sehingga perseroan memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen cash flow secara optimal guna menghasilkan siklus kegiatan operasional yang lebih sustainable,” kata SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita dalam pernyataan resmi, Senin (20/11).
Waskita Karya masih dipercaya untuk mengerjakan lebih dari 90 proyek yang sedang berjalan dan tersebar di seluruh Indonesia termasuk 8 proyek IKN dengan NKB sampai dengan bulan Oktober senilai Rp 12 triliun sebagai sumber EBITDA baru.