Prabowo Minta Pasok Sapi Impor untuk Makan Bergizi Gratis, Ini Respons Pengusaha

25 Juli 2024 17:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada Selasa (16/4/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada Selasa (16/4/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) diminta untuk membantu memasok sapi impor untuk program unggulan presiden terpilih Prabowo Subianto, yaitu makan bergizi gratis.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan, beberapa anggota Gapmmi telah diminta untuk mendukung program ini melalui pengadaan sapi dari luar negeri. Adhi bilang, respons anggota Gapmmi beragam, ada yang menyanggupi dan ada yang menolak.
Namun, Adhi menyampaikan pemerintah masih memiliki sederet pekerjaan rumah sebelum anggotanya membantu memasok sapi impor.
“Mendukung program pemerintah, namun harus disiapkan berbagai hal, tidak bisa serta merta impor sapi,” kata Adhi kepada kumparan, Rabu (24/7).
Adapun hal-hal yang menurut dia harus dipersiapkan sebelum melakukan pengadaan sapi impor adalah kesiapan ekosistem industri pengelolaan sapi perah.
Selain itu, kesiapan pemerintah dalam merancang skema pengambilan susu atau off taker pada saat pelaksanaannya akan mempengaruhi sukses atau tidaknya pasokan susu dalam program unggulan Presiden terpilih Prabowo.
Proses pengolahan susu sapi lokal. Foto: Dok. Frisian Flag Indonesia
“Apa pun harus disiapkan semua factor seperti siapa yang mengelola, di mana, kesiapan pakan, kesiapan penerimaan susu, dan lain-lain. Agar program ini tidak mubazir,” tegas Adhi.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan kumparan pada awal tahun lalu, produksi susu dalam negeri hanya sekitar 968 ribu ton, atau hanya mampu mencukupi 20 persen dari total kebutuhan konsumsi nasional.
Menurut Pengamat Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, impor susu besar-besaran bakal menguras devisa negara. Kelompok yang paling diuntungkan justru peternak asing dari negara importir, bukan peternak lokal di Indonesia.