Ramai Pertalite Disebut Lebih Boros, Ahli Otomotif Ungkap yang Sebenarnya

9 Oktober 2022 20:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Imam Bonjol, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/6/2022). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Media sosial belakangan diramaikan oleh testimoni yang menyebut Pertalite lebih boros sejak harganya dinaikkan jadi Rp 10.000 per liter. Bahkan di media sosial beredar juga hasil pengujian RON (Research Octane Number) Pertalite yang menunjukkan angka 86 dari seharusnya 90.
ADVERTISEMENT
Merespons hal itu, Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pun melakukan pengujian Pertalite dengan sampel secara acak. Pengujian dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) atau Lemigas.
"Dengan ini tidak terindikasi adanya batasan mutu off-spec. Semuanya on-spec (sesuai standar)," kata Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji.
Menanggapi keramaian soal kualitas Pertalite di media sosial, ahli otomotif Mukiat Sutikno menilai positif hasil uji mutu Pertalite oleh Lemigas. Hasil uji tersebut yang menunjukkan, bahwa Pertalite telah memenuhi standar dan mutu BBM jenis RON 90 yang dipasarkan di dalam negeri.
"Harusnya kalau tidak ada perubahan dari kualitas Pertalite, menurut saya tidak boros bagi kendaraan," kata Mukiat seperti dilansir Antara, Minggu (8/10).
Peneliti menguji oktan bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan 'Cooperative Fuel Research (CFR) engine' di Laboratorium Pertamina di Integrated Terminal Plumpang, Jakarta Utara, Selasa (27/9/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Dikutip dari akun linkedin-nya, Mukiat sudah 25 tahun berkiprah di industri otomotif. Bermula pada 1997 di merek otomotif asal Amerika Serikat (AS) yakni GM (General Motors), kemudian berpindah ke Astra International, Hyundai, hingga kini sebagai Managing Director Bridgestone Tire Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Mukiat, penyebab BBM boros tidak ada kaitan langsung dengan jenis BBM yang digunakan, terlebih jika sudah memenuhi standar mutu. Dia menduga kesan lebih boros muncul karena faktor lain, seperti mesin dan kondisi lalu lintas.
"Kondisi lalu lintas sekarang ini sudah semakin macet hampir seperti pre-covid situation sehingga membuat lebih banyak 'stop and go' yang akhirnya mempengaruhi konsumsi bahan bakar," katanya.
Selain itu, lanjutnya, kondisi kendaraan seperti tekanan angin pada ban, dapat berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar. Termasuk kondisi jalan seperti tanjakan akan berdampak pada konsumsi bahan bakar.
Kendaraan melintasi sejumlah ruas jalan di Jakarta pada Kamis (19/5/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Bobot kendaraan, semakin banyak penumpang atau barang akan mempengaruhi pemakaian bahan bakar," ujar Mukiat.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar kendaraan tak boros bahan bakar sebaiknya pengemudi menjaga gaya berkendara, yaitu dengan tidak melakukan banyak 'stop and go'.
ADVERTISEMENT
"Perhatikan juga faktor-faktor kondisi tekanan angin ban dan bobot kendaraan. Karena semakin berat akan mempengaruhi pemakaian bahan bakar," ujar ahli otomotif itu.
Menurut dia, jika ingin lebih hemat, sebaiknya pengguna memilih BBM yang sesuai untuk mesin Euro 4, yakni dengan BBM Pertamax series ketimbang Pertalite.