Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Resesi Ancam Pemulihan Ekonomi, Sri Mulyani Tetap Waspada
13 Juli 2022 11:31 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan akan tetap waspada terhadap ancaman resesi yang terjadi global. Menurutnya, pemerintah akan tetap memperhatikan seluruh komponen ekonomi agar tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia masuk di daftar ke-14 dari 15 negara yang disurvei. Potensi terjadinya resesi di Indonesia hanya 3 persen, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Sri Lanka sebesar 85 persen dan Selandia Baru sebesar 33 persen.
"Ini tidak berarti kita terlena, kita tetap waspada. Namun message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita, apakah itu fiscal policy, monetary policy, OJK di finance sector dan juga regulasi yang lain untuk memonitor," kata Sri Mulyani saat konferensi pers rangkaian Jalur Keuangan G20 di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7).
Dia menjelaskan, saat ini sejumlah indikator ekonomi Indonesia juga masih sehat. Hal ini terlihat dari indikator neraca pembayaran, APBN, inflasi, serta dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga dinilai relatif dalam situasi lebih baik dari negara lain.
ADVERTISEMENT
"Kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3 persen dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi," jelasnya.
Dalam survei yang dirilis Bloomberg, dari daftar 15 negara Asia yang berpotensi mengalami resesi ekonomi, Indonesia berada di peringkat 14 dengan persentase 3 persen.
Sementara itu, Sri Lanka berada di posisi pertama dengan persentase 85 persen, Selandia Baru 33 persen, Korea Selatan 25 persen, Jepang 25 persen, China 20 persen, Hong Kong 20 persen. Selain itu, Australia sebesar 20 persen, Taiwan 20 persen, Pakistan 20 persen, Malaysia 13 persen, Vietnam 10 persen, Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen dan India 0 persen.