RI Bakal Dapat 34 Proyek Transisi Energi, Pendanaan dari Jepang

21 Agustus 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asia Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting di St Regis Jakarta, Rabu (21/8/2024). Foto:  Fariza/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Asia Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting di St Regis Jakarta, Rabu (21/8/2024). Foto: Fariza/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengungkapkan Indonesia akan mendapatkan pendanaan dari Jepang melalui forum telah memimpin pertemuan bilateral antara Asia Zero Emission Community (AZEC) untuk 34 proyek transisi energi.
ADVERTISEMENT
Airlangga, selaku Ketua Steering Committee Joint Task Force, memimpin pertemuan bilateral antara AZEC Indonesia dan Japan Joint Task Force Steering Committee dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Saito Ken dan Ketua Dewan Direksi Japan Bank of International Cooperation (JBIC) Tadashi Maeda.
Dalam forum AZEC 2nd Ministerial Meeting yang dilaksanakan hari ini, Rabu (21/8), terdapat daftar kandidat (shortlist) 78 proyek di negara Asia yang akan mendapatkan dukungan pendanaan dari Japan Bank of International Cooperation (JBIC).
"Indonesia adalah mempunyai shortlist terbesar yaitu 34 proyek. Proyek yang masuk dalam AZEC ini sebuah proyek yang dibidani Indonesia dan Jepang," ungkap Airlangga usai forum di St Regis Jakarta, Rabu (21/8).
Pada pertemuan tingkat menteri, Airlangga menyampaikan hal-hal yang menjadi prinsip untuk mendorong transisi energi, menjaga keberlanjutan, dan mengembangkan beberapa pilot project. Pertama, proyek yang didukung yakni 15 proyek panas bumi (geothermal), seperti PLTP Sarulla dan Proyek panas bumi Muara Laboh.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka, pengembangan pit land (lahan gambut) dengan Sumitomo Forestry yang akan menjadi percontohan mengelola kawasan gambut di Kalimantan Tengah dan dilanjutkan kepada pengembangan food crop.
Selain itu juga akan dikembangkan pembangkit listrik berbasis hidro di Kayan, diharapkan dapat memproduksi sampai 9000 MW atau 9 GW yang juga akan dikaitkan dengan industri turunannya termasuk blue amonia dan hidrogen.
"Salah satu blue amonia pertama akan dibangun di Pupuk Iskandar Muda atau special economic zone Aceh yang diharapkan mampu membuat the first blue amonia," jelas Airlangga.
Kemudian proyek lain seperti jaringan transmisi antara Jawa dengan Sumatera menjadi bagian dari jaringan transmisi di ASEAN alias ASEAN Power Grid. Airlangga menyebutkan, transmisi ini juga akan menyambungkan Kepulauan Riau, Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Karimun. Listrik yang dihasilkan salah satunya akan diekspor ke Singapura.
ADVERTISEMENT
"Ini kita akan siapkan multiple chanel transmison ke singapura karena kita mengurangi masalah risiko maintenance dan outage. Karena itu, wilayah yang transportasinya sangat kuat ramai," kata dia.
Tidak hanya itu, Airlangga juga membuka kemungkinan adanya proyek perencanaan baru (new masterplan) pengembangan ekosistem kendaraan listrik ke depannya, salah satunya berbasis di Indonesia dan Thailand.
Adapun berdasarkan hasil dari rangkaian pertemuan tersebut, telah teridentifikasi sejumlah proyek potensial yang dikategorikan dalam tiga kategori berdasarkan kesiapan proyek. Pada kategori I, terdapat proyek-proyek komersial yang siap dilaksanakan, antara lain PLTSa Legok Nangka.
Sementara pada kategori II, terdapat proyek-proyek potensial yang sudah siap dikomersialkan namun masih dalam tahap studi kelayakan atau feasibility study, seperti proyek pengelolaan lahan gambut dan proyek jaringan transmisi Jawa-Sumatera.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada kategori III, terdapat sekitar 74 MoU maupun inisiatif yang perlu diidentifikasi dan dipelajari lebih lanjut. Potensi investasi yang telah teridentifikasi dari kategori ini akan ditingkatkan kembali ke kategori II dan kategori I.
Di samping itu, Airlangga juga menyampaikan komitmen dalam mendukung fasilitasi atas investasi pada proyek-proyek potensial lainnya seperti pada produksi Crude Coconut Oil (CCO) untuk Sustainable Fuel Aviation (SFA), pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga air, produksi amonia hijau dan hidrogen hijau, penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCU/CCUS), serta biomassa dan potensi investasi lainnya.