Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
RI Butuh Investasi Rp 13.528 T untuk Penuhi Ambisi Prabowo Ekonomi Tumbuh 8%
9 Desember 2024 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani , menyebut Indonesia butuh investasi senilai USD 900 miliar atau setara Rp 13.528 triliun hingga 2029 untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Target pertumbuhan ekonomi tersebut dicetuskan oleh Presiden Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
“Target ini angkanya berdasarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, investasi yang harus kita capai,” kata Rosan dalam Acara Indonesia Europe Investment Summit 2024 di Kementerian Investasi, Senin (9/12).
Secara rinci, target investasi di 2024 mencapai USD 100 miliar setara dengan Rp 1.650 triliun. Sementara, realisasi investasi untuk triwulan III 2024 mencapai Rp 431,48 triliun atau meningkat 0,72 persen secara kuartalan (qoq) dan naik 15,24 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Pada 2025, Indonesia ditargetkan menarik investasi mencapai Rp 1.906 triliun. Dengan asumsi ekonomi bisa tumbuh 6,8 persen.
Target investasi 2026 mencapai Rp 2.280 triliun untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh sebesar Rp 7,6 persen. Kemudian di 2027, pemerintah targetkan investasi mencapai Rp 2.680 triliun untuk mendorong ekonomi tumbuh 8,3 persen.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, target investasi di 2028 mencapai Rp 3.116 triliun untuk mendorong ekonomi tetap tumbuh di 8 persen. Di akhir jabatannya sebagai Presiden yakni tahun 2029, Prabowo menargetkan investasi Indonesia mencapai Rp 3.544 triliun dengan asumsi ekonomi bisa tumbuh 7,8 persen.
“Jadi, sekali lagi, ini adalah target yang sangat ambisius, namun pada saat yang sama, bagaimana kita dapat mencapainya,” ungkap Rosan.
Rosan menilai hilirisasi menjadi bagian penting dari strategi investasi Indonesia. Hilirisasi tidak hanya menciptakan nilai tambah, tetapi juga membuka peluang industrialisasi yang lebih luas.
"Pemetaan tidak hanya mencakup komoditas, tetapi juga provinsi dan kota dengan potensi besar. Kami juga mengidentifikasi negara dan perusahaan yang memiliki teknologi untuk mendukung hilirisasi ini,” tutur Ave.
ADVERTISEMENT