RI Ingin Jadi Negara Cashless Society di 2030, Mampu?

25 November 2023 20:29 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi BRImo. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi BRImo. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman mengatakan pihaknya telah melakukan studi kepada hampir 1.000 orang di Indonesia, hasilnya mayoritas mengatakan Indonesia bisa mewujudkan cashless society, alias tanpa perlu menggunakan uang cash pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
"Kita punya satu studi yang kita lakukan setiap tahun pada hampir 1.000 orang di Indonesia, 3 dari 5 mengatakan Indonesia bisa mencapai cashless society di 2030, atau lebih cepat, kata Riko di acara peluncuran Debit Virtual BRI, Jakarta, Sabtu (25/11).
"2 dari 3, mengatakan mereka ingin sekali hidup tanpa cash dan 2 dari 3 bisa melakukan hidup tanpa cash selama seminggu. Mereka sudah membuktikan mereka bisa hidup tanpa uang cash dalam seminggu," sambungnya.
Riko menambahkan, seiring dengan kemajuan teknologi pembayaran digital ke depan akan semakin cepat, efisien, dan tidak ada hambatan. Maka untuk mencapai cashless society Indonesia di 2030, dibutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bersama Visa Indonesia meluncurkan Debit Virtual BRI, Sabtu, di Gandaria Mall Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
"Tapi memang untuk teknologi ini nanti perlu internet yang lebih canggih. Mungkin harus 7G, 4G 5G enggak cukup," pungkas dia.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, menurut data Forex Bonuses, saat ini negara paling cashless di dunia adalah Kanada di mana sebanyak lebih dari 70 persen pembelian pribadi di Kanada dilakukan menggunakan kartu. Pembayaran contactless, baik melalui smartphone ataupun kartu, diterima secara luas di Kanada.
Negara yang ada di peringkat kedua adalah Swedia. Dikutip dari laman pemerintah setempat, data bank sentral Swedia, Riksbank menunjukkan warga negara setempat yang menggunakan uang tunai turun dari 39 persen menjadi 9 persen selama tahun 2010 sampai 2020.