Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Rusmin Lawin Sebut Investor Berebut Lahan di Kawasan Inti IKN
12 Juni 2024 11:40 WIB
·
waktu baca 4 menitRusmin Lawin, Tenaga Ahli Pimpinan Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Regional dan Daerah Mitra Otorita IKN, menyatakan Otorita cukup kewalahan karena banyak investor berebut lahan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.
Padahal, hanya seperempat lahan di KIPP yang dibuka untuk pembangunan. Sama halnya dengan keseluruhan kawasan IKN yang hanya seperempatnya dibuka untuk pembangunan, sedangkan 65% sisanya akan dikembalikan menjadi area hutan dan 10% lainnya untuk area produksi pangan.
“Di KIPP tersedia 25% dari 6.000 hektare. Lahan terbatas. Kalau mau beli, kesempatannya sekarang. Presiden Jokowi sudah sampaikan, Nusantara adalah masa depan investasi Indonesia. Jadi saya dan REI (Real Estat Indonesia) bilang: belilah masa depan sekarang,” ujar Rusmin yang juga Wakil Ketua Umum DPP REI di kantornya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Rusmin menyebut, dari ratusan LoI yang masuk ke Otorita IKN tersebut, banyak investor yang juga anggota REI. Namun, investor asing bukannya sedikit.
“Dari anggota kita ada Agung Sedayu Group, Pakuwon Group, Qubika Hotel, dan ada juga grup restoran-restoran. Kalau dari rekan-rekan asing ada Sembcorp yang bekerja sama dengan PLN untuk bikin Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Lalu masuk lagi dari Malaysia, China, Eropa, AS, dan Timur Tengah,” papar Rusmin yang sejak 2021 berkeliling dunia guna mencari investor untuk IKN.
Dulu, ujarnya, banyak investor masih enggan masuk ke IKN karena menganggap struktur organisasi IKN belum jelas. Namun saat ini, semua sudah berbeda.
“Tiga tahun kemudian, sekarang, alhamdulillah, Emaar Properties sudah sampai di IKN dan akan commit MoU dengan Presiden RI di Abu Dhabi,” kata Rusmin.
Emaar Properties adalah pengembang real estate multinasional asal Uni Emirat Arab yang sahamnya dipegang Sultan Dubai Mohammed bin Rashid Al Maktoum dan Investment Corporation of Dubai. Emaar terkenal dengan proyek-proyeknya yang berskala besar seperti Burj Khalifa, gedung pencakar langit tertinggi dunia yang kini menjadi ikon Dubai.
Awal Juni ini, Jokowi menyebut potensi besar nilai investasi yang bakal datang dari Emaar Properties. Namun, ia tak mau menyebut angkanya sebelum semua pasti.
“Saya enggak sebut angka karena belum sign, tapi [nilai investasinya bisa] gede banget. Insyaallah tanda tangan bulan Juli di Abu Dhabi atau Dubai,” kata Jokowi, Selasa (4/6).
Tiga hari kemudian, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan Presiden akan memberangkatkan tim yang dipimpin Kementerian PUPR dan Kementerian Investasi ke Abu Dhabi untuk bertemu lagi dengan Mohamed Ali Rashed Alabbar, Founder & Managing Director Emaar Properties.
Potensi investasi lain, menurut Rusmin, datang dari investor asal China dengan Malaysia. Ia berharap kesepakatan dengan mereka bisa selesai di akhir 2024.
“Sudah berproses tapi belum diumumkan karena belum teken kontrak. Kalau jadi, investasi bisa masuk Rp 60–70 triliun. Sekitar USD 4 miliar,” kata Rusmin yang beroleh rekor MURI pada 13 Juli 2023 sebagai sosok yang paling sering keliling dunia untuk menjaring investor.
Berdasarkan catatan MURI, Rusmin—yang juga menjabat sebagai Presiden FIABCI (Federasi Real Estate Internasional) Kawasan Asia Pasifik—telah mengunjungi 19 negara sepanjang 2020–2023 demi mengalirnya investasi ke IKN.
Kini, dengan meningkatnya minat investasi ke IKN, Rusmin menyebut akan mencarikan lahan yang lebih fleksibel sesuai tata ruang IKN sehingga tidak semua investasi hanya masuk ke Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).
“Bisa seperti Ciputra Group, Intiland Development, Emaar, yang bikin ‘kota’ atau kluster sendiri di pembangunan tahap 2 IKN. Jadi misal ada kluster tematik seperti Middle East Town, Korean Town, yang dibangun pengembang lengkap dengan supply chain dan ekosistemnya. Kan keren,” urai Rusmin.
Pembangunan-pembangunan kluster itu, ujar Rusmin, memang direncanakan pada tahap 2, karena tahap 1 fokus pada Istana Negara, kantor kementerian, rumah sakit, dan infrastruktur penghubung seperti jalan.
“Fondasi jalan jadi, baru investor bisa masuk, bikin town development. Kalau soal bujet, jor-joran di awal, government’s drive, karena bangun fondasinya. Ke depan, di pemerintahan Prabowo, private sector bisa pimpin, baik domestik maupun internasional,” tutup Rusmin.