Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sama dengan Peter Gontha, Triawan Munaf Siap Tak Digaji Demi Garuda Indonesia
2 Juni 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Triawan Munaf mengaku siap berkomitmen untuk memperbaiki kondisi maskapai pelat merah tersebut. Ia pun menyatakan siap untuk tidak menerima honorarium yang terhitung sejak bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia, Peter F Gontha juga mengajukan permohonan untuk memberhentikan pembayaran honorarium bulanan, seiring dengan kondisi terkini maskapai tersebut. Hal itu ia tulis melalui surat kepada Direktur Keuangan Garuda Indonesia pada 2 Juni 2021.
“Kami sejak awal mengabdikan diri untuk memperbaiki kondisi Garuda Indonesia. Sehingga, kami tentunya sangat setuju (untuk pemberhentian honorarium), bahkan kami yang menganjurkan, adanya pengurangan honorarium 50 persen yang dilaksanakan sejak April 2020,” ujar Triawan kepada kumparan, Rabu (2/6).
“Dan kami pun ikhlas untuk tidak menerima honorarium sama sekali mulai Mei 2021 kemarin,” lanjutnya.
Sementara itu, direksi Garuda Indonesia belum memberikan tanggapan mengenai hal tersebut. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, juga belum merespons pertanyaan kumparan.
ADVERTISEMENT
Dalam surat permohonan Peter yang diunggah pada akun Instagram pribadinya @petergontha, ia menjelaskan kondisi Garuda semakin buruk karena beberapa masalah. Misalnya, tidak adanya penghematan dari sisi operasional dan evaluasi terhadap perubahan atau pengurangan rute yang merugi.
Komisaris, kata dia, juga tidak memperoleh informasi mengenai proses negosiasi ulang dengan lessor. Di sisi lain, Peter menyayangkan berbagai keputusan yang diambil Kementerian BUMN dilakukan secara sepihak dan tidak melibatkan Dewan Komisaris Garuda.
“Saran komisaris yang oleh karenanya tidak diperlukan. Aktivitas komisaris yang oleh karenanya hanya 5-6 jam per minggu,” kata Peter seperti dikutip dari surat permohonan tersebut.
Peter berharap keputusannya menjadi contoh bagi pihak lain melakukan langkah serupa di Garuda Indonesia.
“Diharapkan adanya keputusan yang jelas dan mungkin sebagai contoh bagi yang lain agar sadar akan kritisnya keadaan perusahaan,” tulisnya.
ADVERTISEMENT