Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sampah di Sungai Cikapundung Ganggu Operasional PLTA Bengkok
20 Oktober 2018 14:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
PT Indonesia Power mengandalkan air dari Sungai Cikapundung sebagai bahan baku produksi listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok, Bandung. PLTA Bengkok merupakan PLTA tertua di Indonesia dengan usia 95 tahun .
ADVERTISEMENT
Namun sebelum diolah menjadi listrik, air dari Sungai Cikapundung itu disaring terlebih dulu di kolam pengendap yang tak jauh dari lokasi. Tujuannya untuk memisahkan air dari kumpur dan sampah yang tercampur di sungai.
“Di sepanjang sungai itu memang ada permukiman, area pertanian dan peternakan. Kalau tidak disaring bisa merusak mesin,” kata Supervisor Senior PLTA Bengkok, Ahmad Zainuddin di lokasi, Sabtu (20/10).
Dia pun mengungkapkan, pihaknya berencana membuat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di sekitar PLTA Bengkok untuk memanfaatkan sampah itu. Menurut Ahmad, saat ini sudah terdapat investor yang berminat.
“Ada yang menawarkan sampah ini dijadikan proyek pembangkit tenaga sampah, sebelumnya sampah plastik ini hanya kami jual ke pemulung,” bebernya.
Selain itu, dia menyebut bahwa pihaknya juga berkeinginan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) di sekitar PLTA Bengkok untuk memanfaatkan kotoran hewan ternak yang terkandung dalam air sungai.
ADVERTISEMENT
“Di tengah kolam pengendap itu kadang ada gelembungnya, itu kotoran sapi. Ada rencana juga memanfaatkan itu sebagai pembangkit listrik biogas,” ujar Ahmad.
Saat ini, PLTA Bengkok memiliki kapasitas terpasang 3x1,5 Mega Watt (MW) yang produksi listriknya dialirkan ke sebagian daerah Bandung. PLTA Bengkok sendiri dibangun oleh pemerintah Belanda di tahun 1923.