Singgung Overkapasitas KRL, Bos KAI Minta PMN Rp 2 T untuk Gerbong Baru

1 Juli 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo meminta persetujuan Parlemen untuk mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2 triliun tahun ini. Ia mengatakan, suntikan dana ini akan digunakan untuk pengadaan gerbong baru.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang yang beriringan berkurangnya sarana KAI khususnya rangkaian gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek yang beroperasi.
"Pengadaan sarana KRL saat ini sangat urgent dibutuhkan, untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan bertambahnya sarana KRL yang memasuki masa konservasi atau sudah masa yang harus diberhentikan operasinya," kata Didiek di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/7).
Didiek memperkirakan, pada 2024 ini jumlah penumpang KRL selama satu tahun akan mencapai angka 345 juta orang. Artinya ada 1 juta penumpang yang menaiki KRL Jabodetabek setiap harinya.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo di Sarinah, Kamis (25/5/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Angka penumpang ini akan terus bertambah, diproyeksikan akan naik 5 persen pada 2025 menjadi 362 juta penumpang, 2026 mencapai 398 juta penumpang, sementara tahun 2027 menjadi 410 juta penumpang.
ADVERTISEMENT
"Kalau melihat kepadatan penumpang, maka kekurangan jumlah trainset bersamaan dengan peningkatan volume penumpang KRL, berpotensi menimbulkan overload penumpang, kepadatan yang sangat tinggi khususnya pada jam peak hour," tutur Didiek.
Adapun jam-jam sibuk yang menimbulkan tinggi okupansi tersebut, kata Didiek meliputi jam keberangkatan kerja pada pukul 06.00 WIB sampai 09.00 WIB dan jam pulang kerja dari pukul 16.00 WIB hingga 20.00 WIB.
"Untuk itulah maka diperlukan replacement daripada kereta-kereta yang akan dilakukan konservasi, di mana sebanyak 1.088 unit telah berusia 30 tahun atau lebih, sehingga perlu diganti, karena pada saat yang lalu kita lakukan impor barang yang bukan baru," terang Didiek.
Sejumlah penumpang berdesakan di dalam gerbong kereta rel listrik (KRL) Commuterline Jabodetabek di Stasiun KA Depok Baru, Depok, Jawa Barat, Senin (24/4/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Didiek bilang, selama rangkaian gerbong tersebut sedang dikonservasi, maka KAI membutuhkan sarana pengganti yang akan beroperasi hingga masa konservasi selesai, yaitu 2027 mendatang.
ADVERTISEMENT
"Apabila tanpa ada penambahan sarana maka okupansi pada saat peak hour akan mencapai 242 persen pada tahun 2027, atau 223 persen pada 2026 dan 187 persen pada 2025," jelas Didiek.
Menurut dia, ketika KAI mendapatkan suntikan dana RP 2 triliun yang akan digunakan untuk menambah sarana baru, maka tingkat okupansi akan berkurang menjadi 159 persen pada 2027.
"Artinya ini masih kepadatan yang normal sehingga masih memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat terutama pada saat peak hour," tutup Didiek.