Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan langkah strategis untuk menyikapi keputusan Parlemen Uni Eropa (UE) jika keputusan menyetop kelapa sawit untuk kebutuhan bahan bakar atau Biofuel secara resmi diberlakukan.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, pihaknya akan menggugat persoalan pelarangan kelapa sawit ini ke organisasi perdagangan dunia (WTO) bersama delegasi Malaysia.
Terkait hal ini, Corporate Affair Director Asian Agri Fadhil Hasan mengatakan, kebijakan Komisi UE melalui Renewable Energy Directive (RED II) harus direspons.
Asian Agri mendukung langkah pemerintah untuk membawa persoalan ini ke WTO. Sebab, kata Hasan, sebagian besar sawit Asian Agri dijual ke pasar ekspor.
"Kan sebagian besar di internasional ya, kita mendukung apa yang dilakukan pemerintah untuk ini diadopsi peraturan ini tentang RED II ini maka akan dibawa ke WTO," katanya kepada kumparan, Sabtu (23/3).
Ia menambahkan, rencana pemerintah memboikot produk-produk impor asal UE sebagai tindakan balasan jika sawit dihambat juga perlu didukung.
ADVERTISEMENT
"Kita mendukung kalau misalnya pemerintah melakukan upaya untuk mengurangi, boikot atas produk yang diimpor indonesia dari UE," ujarnya.
Meski demikian, Fadhil berharap agar upaya lain seperti diplomasi dapat menyelesaikan persoalan sawit ini dengan baik. Adapun diplomasi yang dimaksud adalah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IE CEPA).
"Kita juga mendukung salah satu komunikasi dengan UE untuk menyelesaikan persoalan ini dalam rangka misalnya yang dilakukan pemerintah itu CEPA economic partnership agreement," katanya.
Asian Agri Targetkan Bangun 20 PLTBg
Asian Agri menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) sebanyak 20 unit pada tahun 2020, sementara hingga saat ini sudah 7 unit PLTBg yang telah rampung.
ADVERTISEMENT
Fadhil Hasan mengatakan, tujuan dari pembangunan PLTBg adalah untuk mengurangi emisi. "Sekarang sudah ada 7 (unit). Nanti bangun lagi 3, jadi 10. Itu (listriknya) digunakan untuk internal dan sisanya diinikan (bagikan) ke masyarakat," katanya.
Berdasarkan data perseroan, total kapasitas untuk 20 PLTBg mencapai 44 Megawatt (MW). Hasan menambahkan, total investasi yang digelontorkan untuk membangun setiap unit sekitar USD 6 juta. "Rata-rata USD 6 juta (per unit)," ucapnya.
Tujuh PLTBg tersebar di 3 wilayah. Dua di Sumatra Utara, 3 di Riau dan 2 di Jambi. Saat ini, perusahaan yang didirikan sejak 1979 itu rata-rata setiap tahun memproduksi CPO sebanyak 1 juta metrik ton (MT).