Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga di Kuartal II 2024

2 Agustus 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan RI, Jakarta, Kamis (18/7/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan RI, Jakarta, Kamis (18/7/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengungkapkan, stabilitas sistem keuangan terjaga di kuartal II 2024 seiring peningkatan tekanan di pasar keuangan global, ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik yang masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mencermati memasuki kuartal III 2024, tekanan yang terpantau mulai sedikit mereda namun kondisi geopolitik mengalami naik turun.
“KSSK pada triwulan II 2024 tetap terjaga di tengah peningkatan tekanan di pasar keuangan global dan juga seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik yang masih tinggi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK triwulan II 2024 di Gedung LPS Jakarta, Jumat (2/8).
Sri Mulyani mengatakan berbagai faktor risiko berkembang tetap perlu untuk dicermati dan diantisipasi oleh Menteri Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang relatif stabil tapi tetap lemah. Lembaga-lembaga internasional telah menyiapkan outlook, di mana outlook tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi di level yang lemah.
ADVERTISEMENT
“Laporan terbaru dari world economic outlook WEO dan IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh 3,2 persen. 3,2 persen itu lebih lemah dari 3,3 persen yang tumbuh tahun 2023,” jelasnya.
Sri Mulyani menyebut pertumbuhan negara dengan ekonomi terbesar yaitu Amerika Serikat (AS) dalam resiliensi baik terutama didorong permintaan domestik, meskipun statistik akhir bulan nantinya menunjukkan suatu perkembangan yang mempengaruhi arah kebijakan.
“Negara ekonomi terbesar kedua yaitu RRT masih belum kuat dengan pertumbuhan kuartal II yang baru saja dipublikasi adalah hanya pada tingkat 4,7 persen,” tutur Sri Mulyani.