Suku Bunga Negara Maju Mulai Turun, Rupiah Bisa Bangkit & Arus Modal Asing Masuk

22 Juli 2024 15:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso (tengah), saat memberikan materi Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin (22/7/2024). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso (tengah), saat memberikan materi Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin (22/7/2024). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia menegaskan selalu ada peluang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali bangkit di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Kesempatan itu terjadi karena tren suku bunga acuan di sejumlah negara maju mulai turun.
ADVERTISEMENT
Misalnya Bank Sentral Eropa (ECB) yang memutuskan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen pada awal Juni 2024.
Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, Ramdan Denny Prakoso, memandang tak lama lagi Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, juga akan menurunkan suku bunganya lantaran sudah terlalu tinggi di 5,25 sampai 5,50 persen.
"Saya melihat potensi rupiah menguat sangat terbuka karena suku bunga AS sudah capai peak (puncak), bisa turun 2-3 kali. Lalu Euro," katanya dalam Editors Briefing di Sumba, NTT, Senin (22/7).
Menurut Denny, dengan tren seperti ini maka akan banyak sentimen risk on ke emerging market seperti Indonesia, yang kemudian akan masuk aliran modal asing atau capital inflow yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Saat ini rupiah masih terpantau melemah, apalagi usai Joe Biden umumkan pengunduran dirinya sebagai Calon Presiden AS. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.19 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terkoreksi 0,26 persen ke Rp 16.234.
Pada pukul 12:00 WIB, rupiah juga masih terpantau melemah ke Rp 16.228. Kemudian pada pukul 15.19 WIB, nilai tukar rupiah masih melemah 29 poin atau 18 persen ke Rp 16.220.
Pelemahan rupiah yang terjadi usai pengumuman Biden dianggap sebagai hal wajar sebagai sentimen reaktif. Secara keseluruhan pun, kata Denny, penurunan rupiah terhadap dolar AS masih lebih relatif kecil dibandingkan negara lain di Asia secara year to date.
Misalnya Yen Jepang melemah 12,89 persen pada Juni 2024, Korea Won anjlok 6,39 persen, dan Taiwan 5,99 persen.
ADVERTISEMENT
"Artinya kita dengan kebijakan komitmen membuat rupiah bikin stabil dan menguat. Kami meyakini akan lebih baik dari angka ini karena kebijakan Indonesia akan attract cukup banyak," ujarnya.