Taksi Terbang hingga Kereta Sensor Bakal Dijajal di IKN Tahun Depan

6 Desember 2023 15:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taksi drone Volocopter 2X melakukan penerbangan terintegrasi dalam lalu lintas udara konvensional di lapangan terbang Pontoise di Cormeilles-en-Vexin, dekat Paris, Prancis. Foto: Benoit Tessier/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Taksi drone Volocopter 2X melakukan penerbangan terintegrasi dalam lalu lintas udara konvensional di lapangan terbang Pontoise di Cormeilles-en-Vexin, dekat Paris, Prancis. Foto: Benoit Tessier/REUTERS
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Nusantara, Mohammed Ali Berawi mengatakan, pada Juli 2024 nanti akan dimulai uji coba kendaraan cerdas Urban Air Mobility atau taksi terbang dan Automatic Rel Train alias kereta sensor.
ADVERTISEMENT
"Tahun depan diuji coba angkutan umum Automatic Rel Train (ART), itu kereta yang modelnya modern, dia tidak pakai rel, dia pakai sensor. Jadi marka garis putih itu isinya sensor sehingga dia ikut jalur," kata Ali saat ditemui di sela agenda Rakernas MTI 2023 di Jakarta, Rabu (6/12).
"Kemudian Urban Air Mobility, sky taxi juga diuji coba, sama autonomous vehicle," sambung Ali.
Ali mengatakan Badan Otorita IKN sudah mengantongi komitmen dari perusahaan penyedia teknologi tersebut untuk melakukan uji coba teknologinya di IKN. OIKN mengundang semua calon investor untuk menawarkan dan memamerkan teknologi transportasi cerdas mereka di IKN tahun depan.
Perusahaan yang sudah menyatakan komitmennya dan akan mulai uji coba adalah perusahaan Hyundai dari Korea dan EHang dari China.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Nusantara, Mohammed Ali Berawi. Foto: Akbar Maulana/kumparan
"Hyundai sudah ada prototipe-nya. EHang barusan pagi ini, EHang dari China pagi ini demo, dari Amerika masih dalam penjajakan," kata Ali.
ADVERTISEMENT
Uji coba yang dilakukan tersebut untuk mengevaluasi bagaimana kualitas produk, aspek keamanan, hingga kecocokan teknologinya untuk dapat diterapkan di IKN Nusantara.
"Baru kemudian kita masuk ke aspek komersialisasi, bisnis, baru itungan bisnis.
Ini harus bisa ditemukan antara rate of return-nya swasta, dengan benefit cost ratio-nya pemerintah untuk kemaslahatan publik. Nanti ini bicara di skema bisnisnya nanti," pungkas dia.