Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Tekan Defisit Produk Pertanian, Ekspor RI Diminta Tak Fokus di Kelapa Sawit
19 Oktober 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekonom Pangan dan Pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, mengatakan ekspor unggulan Indonesia saat ini masih berfokus pada ekspor kelapa sawit. Sedangkan, dalam komoditas pangan, impor lebih besar daripada ekspor.
“Kenapa defisit karena ekspor kita tidak sebanyak impornya. Kita lebih banyak impor pangan daripada mengekspor karena komoditas ekspor unggulan kita ini ya masih di sawit, bukan pangan,” kata Eliza kepada kumparan dikutip pada Sabtu (19/10).
Eliza menilai defisit perdagangan komoditas pangan ini sudah berlangsung lama, tidak hanya pada semester I 2024. Ia menyebut jika kelapa sawit tidak dimasukkan dalam komoditas pertanian maka yang terjadi adalah defisit.
“Kalau neraca perdagangan komoditas pertanian yang mana di situ ada sawit, kita akan positif surplus. Kalau meniadakan sawit, alias komoditas pangan biji-bijian ini defisit, dan defisitnya terus dalam selama 10 tahun terakhir. Tahun 2014 itu masih berkisar USD 11,7 miliar, tahun 2022 sudah USD 16,2 miliar,” ujar Eliza.
ADVERTISEMENT
Eliza menjelaskan salah satu komoditas yang dapat diperhatikan saat ini adalah gandum. Permintaan akan gandum terus meningkat sementara gandum masih dipenuhi dari kegiatan impor.
“Apalagi gandum ini 100 persen impor, sementara demand-nya terus meningkat, tentu ini akan semakin menambah defisit perdagangan pangan,” terangnya.
Angka defisit produk pertanian Indonesia Januari sampai Juli 2024 ini lebih besar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai USD 3,73 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Fajarini Puntodewi, mengatakan kinerja perdagangan produk pertanian Indonesia selama lima tahun terakhir didominasi oleh impor, sehingga mengakibatkan defisit neraca perdagangan.
"Ini merupakan suatu PR bersama bagaimana caranya kita bisa meningkatkan tentunya ekspor daripada produk-produk pertanian tersebut, baik itu dengan hilirisasi maupun tentu hal lainnya yang harus dilakukan secara bersinergi dengan semua stakeholder," jelas Fajarini.
ADVERTISEMENT