Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurutnya industri singkong di Thailand pengelolaannya sudah terintegrasi sehingga efektif mulai dari segi produktivitas hingga penciptaan nilai tambah.
“Oleh sebab itu saya sangat berharap bahwa industri singkong ini harus direvitalisasi sinkron, terintegrasi menjadi satu kluster sehingga kita bisa memberikan petani harga yang baik, keuntungan yang baik, industrinya baik dan keuntungannya juga,” kata Adhi saat acara Jakarta Food Security Summit 5 secara virtual, Kamis (19/11).
Adhi merasa peluang industri singkong berdaya saing di pasar global terbuka lebar. Untuk itu, kata Adhi, pengelolaan harus baik sehingga bisa maksimal pemanfaatannya.
“Inilah kata kuncinya, sebenarnya di Lampung banyak industri singkong namun sayang belum terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki,” ujar Adhi.
ADVERTISEMENT
Adhi menegaskan, perbaikan tersebut harus segera dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait. Kalau tidak segera dilakukan, Indonesia akan terus melakukan impor singkong . Padahal potensi di dalam negeri besar.
“Indonesia bahkan harus impor tapioka dari luar negeri, dari Thailand itu cukup besar 300 ribu ton. Padahal kita kata Koes Plus tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Ternyata di Indonesia tidak semudah yang diceritakan seperti itu,” ungkap Adhi.
“Nah beberapa industri makanan minuman, buah, sayur kita ada yang sukses bisnis model terintegrasi ini dan ternyata ini menjadi kekuatan dan menjadi perusahaan yang cukup diperhitungkan di dunia,” tambahnya.