Turun 14%, Laba Bersih Indofood Sukses Makmur Rp 4,64 T di Kuartal III 2022

1 Desember 2022 12:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Indofood. Foto: AFP/ROMEO GACAD
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Indofood. Foto: AFP/ROMEO GACAD
ADVERTISEMENT
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode yang berakhir pada 30 September 2022. Perseroan meraup laba bersih senilai Rp 4,64 triliun, turun 14 persen dari Rp 5,4 triliun per akhir September 2021.
ADVERTISEMENT
Penurunan laba bersih tersebut sejalan dengan laba periode berjalan yang menyusut 16,49 persen, yakni sebesar Rp 6,68 triliun.
“Di tengah berbagai hambatan global, Indofood telah dapat mencatatkan kinerja yang solid selama periode sembilan bulan di tahun 2022 ini. Kami tetap berkomitmen untuk fokus pada daya saing biaya serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas,” kata Anthony Salim, Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, dikutip Senin (1/12).
Perseroan membukukan kenaikan penjualan netto konsolidasi sebesar 11 persen menjadi Rp 80,82 triliun dibandingkan Rp 72,81 triliun pada kuartal III tahun 2021. Laba usaha naik 16 persen menjadi Rp 14,18 triliun dari Rp 12,23 triliun.
Marjin laba usaha meningkat menjadi 17,6 persen dari 16,8 persen. Tanpa memperhitungkan non-recurring items dan selisih kurs, core profit meningkat 16 persen menjadi Rp 6,49 triliun dari Rp 5,62 triliun.
ADVERTISEMENT
Segmen produk konsumen bermerek berkontribusi pendapatan INDF terbesar, yakni Rp 48,67 triliun. Kemudian disusul oleh segmen Bogasari sebesar Rp 18,96 triliun dan agribisnis sebesar Rp 8,91 triliun.
Berdasarkan lokasi pelanggan, penjualan terbesar Perseroan berasal dari Indonesia sebesar Rp 63,06 triliun, Timur Tengah dan Afrika sebesar Rp 11,04 triliun, Asia lainnya sebesar Rp 4,85 triliun, dan lain-lain sebesar Rp 1,84 triliun.
INDF terkena dampak risiko harga komoditas karena faktor cuaca, kebijakan pemerintah, tingkat permintaan dan penawaran pasar serta lingkungan ekonomi global.
"Dampak tersebut terutama timbul dari pembelian minyak kelapa sawit, di mana margin laba atas penjualan barang jadi dapat terpengaruh jika harga minyak kelapa sawit meningkat dan kelompok usaha tidak dapat mengalihkan kepada pelanggannya," tulis manajemen INDF dalam laporan keuangan.
ADVERTISEMENT