Viral Pedagang Curhat Jualannya Sepi, Memohon Warga Jangan Terlalu Berhemat

11 Agustus 2023 9:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
Suasana Mal Blok M, Jakarta Selatan, yang sepi tak ada pengunjung dan banyak tenant yang tutup. Foto: Alfadillah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Mal Blok M, Jakarta Selatan, yang sepi tak ada pengunjung dan banyak tenant yang tutup. Foto: Alfadillah/kumparan
ADVERTISEMENT
Viral di media sosial, curhat pedagang mengeluhkan jualan yang sepi. Hal itu dialami pedagang makanan dan minuman (Food and beverage/F&B), juga produk ritel lainnya seperti pakaian. Bahkan ada yang menyebut situasinya seperti saat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Keluhan para pedagang tersebut, sejalan dengan data terbaru dari survei Bank Indonesia (BI). Survei yang dilakukan BI per Juli 2023 terungkap, Penjualan Eceran secara bulan ke bulan (month to month/mtm) memang mengalami penurunan.
Tapi pada sisi lain, hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan yang sama menunjukkan angka yang kuat di atas 100.
Berbeda dengan IKK yang kuat, salah satu akun media sosial X pelaku UMKM menyebutkan bisnis F&B di Bandung sedang lesu. "Teman-teman usaha F&B UMKM di Bandung lagi panik, omzet drop. Tiap 1 jam sekali upload konten," tulisnya dikutip Jumat (11/8).
Padahal Bandung selalu ramai jadi tujuan melancong sebagian warga Jakarta, khususnya di akhir pekan. Warga Bandung yang bekerja di Jakarta, biasanya juga pulang ke kotanya saat libur tiba.
ADVERTISEMENT
Tapi keluhan drop-nya penjualan, juga dilontarkan satu pelaku usaha UMKM lainnya. Dia menulis, "Ternyata hampir 80% sektor F&B di Indonesia pada drop ya. Sedikit curiga di tanggal 31 Juli dan beneran kejadian wkw. Bahkan masih berlanjut sampe sekarang."
Sementara itu akun lainnya menambahkan, yang tengah mengalami kelesuan jualan tak hanya bisnis makanan dan minuman.
"Enggak cuma F&B, bioskop juga pada kosong melompong kayak balik ke zaman COVID-19. Mal juga cuma menyepi, bahkan yang lihat-lihat aja juga jarang. Apalagi mampir ke foodcourt-nya. Toko-toko fashion juga sepi, toko sepatu lebih sepi lagi. Di supermarket penjualan mi instan naik. Pertanda....," tulisnya.
Menurutnya, kelesuan bisnis ritel bisa jadi dipengaruhi banyak faktor. Seperti:
ADVERTISEMENT
1. WFH berakhir yang membuat banyak yang pekerja back to office di kota-kota besar.
2. Ongkos order online grabfood, gofood, naik lumayan.
3. Tahun ajaran baru, semua alokasi dana buat sekolah dan masuk kuliah dan ini gede.
4. Inflasi merambat naik, jadi prioritasnya kebutuhan primer dulu.

Sejalan dengan Data Survei BI

Suasana kios-kios pedagang yang sepi di Lokasi Binaan Taman Kota Intan, kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, Rabu (1/2/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sejalan dengan keluhan para pedagang itu, survei Bank Indonesia (BI) per Juli 2023 menunjukkan Penjualan Eceran turun (kontraksi) 4,6 persen dibandingkan Juni 2023.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, memaparkan, penjualan eceran yang tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 sebesar 212,7. Angka itu menurun dibandingkan Juni 2023, di mana IPR tercatat sebesar 222,9.
Menurutnya, belanja berbagai jenis barang diprakirakan menurun sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat setelah periode liburan sekolah, Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), dan cuti bersama. Tapi secara tahunan (year on year/yoy) IPR Juli itu tumbuh positif sebesar 6,3 persen. Sehingga menurut Erwin, Penjualan Eceran pada 2023 ini akan tetap kuat.
Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil menunjukkan penurunan di 4,6% di Juli dibandingkan Juni 2023. Grafik: Bank Indonesia
"Kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan tetap kuat pada Juli 2023," katanya melalui pernyataan resmi, Rabu (9/8).
ADVERTISEMENT
Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran secara tahunan tersebut, didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, Tembakau, dan Subkelompok Sandang yang tetap tumbuh positif. Selain itu, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori juga mengalami perbaikan.
Dari sisi harga, lanjutnya, responden memprakirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023, namun diprakirakan akan meningkat pada Desember 2023 sejalan dengan ekspektasi penjualan ke depan. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September 2023 tercatat sebesar 115,9, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 117,7. Sementara, IEH Desember 2023 tercatat sebesar 130,0, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 123,0.
Ilustrasi warga menghitung uang lusuh. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara itu Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Juli 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Sedangkan berdasarkan besarnya pengeluaran dan kelompok usia di antara semua responden, orang kaya dan Gen Z punya skor keyakinan tertinggi.
ADVERTISEMENT
Erwin Haryono menjelaskan, kuatnya optimisme itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2023 yang terjaga dalam zona optimis (>100) pada level 123,5.
Dari survei IKK berdasarkan pengeluaran atau belanja, responden dengan pengeluaran terbesar yakni di atas Rp 5 juta per bulan, punya tingkat keyakinan paling tinggi di Juli 2023 ini dengan skor 131,9. Sementara itu secara kelompok usia, responden 20-30 tahun (Gen Z) punya keyakinan IKK paling tinggi dengan skor 127,4.