Wall Street Ditutup Anjlok Usai Saham-saham Produsen Chip Jadi Beban

17 April 2025 6:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Wall Street atau bursa saham di Amerika Serikat ditutup ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu (16/4), setelah Nvidia memperingatkan adanya potensi kerugian besar akibat pembatasan baru pemerintah AS terhadap ekspor chip ke China.
ADVERTISEMENT
Disusul oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS tampaknya mulai melambat.
Mengutip Reuters, indeks S&P 500 (.SPX) merosot 120,84 poin atau 2,24 persen menjadi 5.275,79, sedangkan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 513,57 poin atau 3,05 persen ke level 16.309,60. Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) juga melemah 695,17 poin atau 1,72 persen ke posisi 39.673,79.
Komentar Powell makin memperdalam penurunan indeks, dengan Nvidia dan saham-saham produsen chip lainnya menjadi kontributor utama pelemahan pasar.
Dalam pidatonya di Economic Club of Chicago, Powell mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi dari perkiraan kemungkinan akan mendorong inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, ia menekankan bahwa ekonomi AS masih berada dalam posisi yang solid dan bahwa The Fed masih menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil langkah kebijakan berikutnya.
ADVERTISEMENT
“Powell mengonfirmasi kekhawatiran investor, yakni perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tetap tinggi akibat tarif,” ujar Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research.
Indeks saham semikonduktor pun turun tajam.
Pada Selasa (15/4), Nvidia juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mencatatkan beban senilai USD 5,5 miliar setelah pemerintah AS membatasi ekspor chip kecerdasan buatannya, H20, ke China, pasar utama bagi salah satu chip terpopulernya.
Pada hari yang sama, raksasa alat manufaktur chip asal Belanda, ASML, juga memperingatkan bahwa tarif tersebut telah meningkatkan ketidakpastian terhadap prospek bisnisnya.
Amerika Serikat dan China belakangan ini saling balas menaikkan tarif dalam perang dagang yang kembali memanas. Terbaru, Presiden AS Donald Trump menaikkan lagi tarif impor untuk China menjadi 245 persen.
ADVERTISEMENT