Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Zulhas: Modus Impor Ilegal Canggih Terus, Orang Asing Markasnya di Tanah Abang
21 Agustus 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas ) menuturkan kini modus importir untuk menyelundupkan barang impor ilegal ke Tanah Air kian canggih. Dia bilang banyak importir Warga Negara Asing (WNA) yang menjadi distributor beberapa pusat perbelanjaan dalam negeri, seperti Tanah Abang.
ADVERTISEMENT
“Karena ini canggih terus, dulu yang perdagangan offline (di) Glodok, tutup karena dia harus ngikuti perkembangan. Sekarang saking canggihnya, itu orang luar negeri, markasnya di Tanah Abang, di Mangga Dua, dia yang impor barang dia, dia sudah masuk ke distributor-distributor,” kata Zulhas di Jakarta Pusat, Rabu (21/8).
Selain menjadi pemasok untuk pusat perbelanjaan di Indonesia, importir asing nakal tersebut juga menyewa gudang atau warehouse untuk menyimpan barang-barang impor ilegal tersebut. Nantinya, barang-barang tersebut juga akan dijajakan secara online.
"Sekarang barang luar negeri juga impornya dari mereka, datang ke sini ada warehouse banyak. Barang-barang masuk warehouse, jualan online. Nggak ada SNI-nya (Standar Nasional Indonesia), nggak bayar pajak, wah repot kita," jelas Zulhas.
ADVERTISEMENT
Sehingga, Zulhas memandang perlunya peningkatan kapasitas dan kompetensi Aparat Penegak Hukum (APH) baik dari sisi pendeteksian modus maupun penindakan pelaku impor ilegal. "Karena itu itu peningkatan kapasitas dan kompetensi penting, karena ini berkembang terus kan,” imbuhnya.
Selain itu, menurut Zulhas, jurus jitu pemberantasan impor ilegal yang lain adalah koordinasi yang baik antar instansi pemerintahan, baik di pusat dan daerah.
“Tentu diperlukan koordinasi yang efektif antar instansi, antar pusat dan daerah. Karena Kementerian Perdagangan itu kan kadisnya di bawah Bupati, Gubernur. Kalau Bupatinya nggak mau tau, susah juga kita, (kalau) nggak ngeh juga repot, atau Gubernurnya nggak mau, karena beda pilihan capres, wah repot kita,” terang Zulhas.
Pemerintah juga harus memiliki sinergi yang baik dengan APH. Sehingga nantinya pelaku impor ilegal ini ditindak secara tegas. “Kemudian sinergi, penguatan sinergi dari Kejaksaan, dari Kepolisian, dari Kemenkumham, pemerintah daerah, dan lain-lain dalam penegakan hukum. Sambil kita membenahi sistemnya tetapi ada penegakan hukum yang tegas,” imbuh Zulhas.
ADVERTISEMENT
Terakhir, menurut dia pemerintah juga memiliki pekerjaan rumah untuk memberikan edukasi kepada pelaku usaha ritel atau pedagang agar tidak lagi membeli produk impor ilegal dan menjajakannya di pasar Tanah Air.
Tujuannya supaya pedagang tidak merasa dikejar-kejar oleh Satgas Impor Ilegal yang menindak impor ilegal di Indonesia. “Kita harus terus-menerus melakukan pencegahan itu edukasi. Pedagang-pedagang, nggak ngerasa dikejar-kejar, tutup semua kan rugi juga. Kita minta diberikan edukasi agar mereka menjual produk-produk yang legal. Ini legal atau ilegal, dia nggak ngerti. Nah, itu perlu edukasi untuk pencegahan,” tutup Zulhas.
Sebelumnya, Satgas Impor Ilegal yang dinakhodai Zulhas melakukan ekspose barang impor ilegal senilai Rp 40 miliar yang ditemukan di gudang di Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Modusnya adalah importir asing yang menyewa gudang untuk menyimpan barang-barang impor itu. Kemudian produk-produk impor ilegal ini dipasarkan melalui online.
"Nyewa gudang minta di-packing barangnya dia bayar, kemudian barangnya dijual secara online, bayangkan kita sudah sejauh itu dimasuki oleh Warga Negara Asing yang jualan di tempat kita," jelas Zulhas.
Dia berharap ke depannya supaya aparat, para pengusaha yang bertindak menyewakan gudang juga mengecek terlebih dahulu barang-barang yang akan masuk.
Dia juga mengaku Satgas Impor Ilegal kesulitan menindak gudang-gudang ini. Zulhas bilang, sejak Satgas Impor Ilegal beroperasi, gudang-gudang tersebut berhenti beroperasi secara sementara.
"Jadi mereka menghentikan kegiatan, kemudian gudang-gudang yang biasa untuk warehouse itu yang online dulu, sementara ini pada tutup. Sehingga kita tentu tidak mudah untuk melakukan tindakan-tindakan. Tetapi terus ini kita awasi," jelas Zulhas.
ADVERTISEMENT