6 Pesepak Bola yang Pernah Punya Perut Buncit, Ada 2 Legenda Brasil

15 Juli 2021 11:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronaldo de Lima kala berjersi Real Madrid. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo de Lima kala berjersi Real Madrid. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Profesi pesepak bola menuntut tubuh ideal. Sebab, olahraga ini sangat mengandalkan stamina, kecepatan, hingga ketahanan. Namun nyatanya, ada juga pemain yang pernah menderita kegemukan, bahkan mereka yang berstatus bintang.
ADVERTISEMENT
Tak pelak, sejumlah pemain itu menjadi sorotan karena ketahuan memiliki perut buncit. Mereka dikritik penggemar hingga pihak klubnya sendiri.
Beberapa di antara mereka tidak bisa lagi kembali ke performa terbaik setelahnya. Akan tetapi, ada juga yang mampu bangkit dan mendapat tubuh idealnya kembali. Berikut daftarnya.

1) Ronaldo Nazario de Lima

Ronaldo Nazario berjersi Real Madrid. Foto: AFP/JAVIER SORIANO
Ronaldo de Lima dikenal sebagai bintang besar pada masa jayanya. Pernah ada suatu waktu bek-bek bakal ketar-ketir jika melawan striker yang telah mengoleksi 62 gol untuk Timnas Brasil ini.
Gocekan, kecepatan, dan kecerdikan Ronaldo begitu ciamik pada masanya. Ditambah akurasi tendangan yang hebat, wajar jika ia kerap menjadi mimpi buruk bagi lawan.
Namun, Ronaldo tidak pintar menjaga dirinya. Menjelang akhir kariernya di Real Madrid, pria kelahiran Rio de Janeiro ini mulai dikritik karena tubuhnya menggemuk dan itu membuatnya lebih rentan cedera.
ADVERTISEMENT
Pada setengah musim terakhirnya (2006/07) membela Real Madrid, Ronaldo hanya bermain 13 kali dan mencetak 4 gol di lintas ajang. Pindah ke AC Milan pada Januari 2007, ia malah makin menjadi-jadi.
Ronaldo de Lima berseragam AC Milan Foto: New Press
Ronaldo de Lima tampak tidak peduli soal gizi pesepak bola. Pernah ada kisah tentang betapa rakusnya Ronaldo dari Adriano Galliani, eks CEO AC Milan.
"Ronaldo juga tidak belajar. Saya ingat, suatu hari sebelum pertandingan membela kami (AC Milan) kontra Siena, dia makan dua piring besar pasta dan setengah roti untuk menghabiskan semua sausnya," kisahnya kepada Corriere dello Sport, dilansir Football Italia.
"[Carlo] Ancelotti (pelatih AC Milan 2001–2009) dan saya berkata kepadanya, 'Fenomeno (julukan Ronaldo), kamu tahu kita punya pertandingan besok, jangan [makan] berlebihan'."
ADVERTISEMENT
"Lalu dia menjawab, 'Pemain yang menjaga saya tahu dia akan berurusan dengan Ronaldo, itu masalahnya'. Well, dia mencetak dua gol. Fenomenal," tandasnya.
Ronaldo mengakhiri kariernya di Corinthians. Dia membela klub Liga Brasil itu juga dalam keadaan kegemukan. Namun, per Transfermarkt, ia tercatat mampu mencetak 21 gol dari 40 laga lintas ajang.

2) Ronaldinho

Ronaldinho di AC Milan dengan perut yang mulai buncit. Foto: AFP/Olivier Morin
Ronaldinho sudah mulai tersingkir dari Barcelona di musim 2007/08. Sebab, gaya hidup sering berpesta malam dan tidak menjaga makan memengaruhi performanya di lapangan. Tubuhnya pun menggemuk.
Pindah ke AC Milan pada musim selanjutnya, Ronaldinho tak berubah. Ia tak pernah kembali ke performa terbaiknya dan perutnya tetap buncit.
Sebab, kebiasaan buruk Ronaldinho semakin menjadi kala membela AC Milan. Pergi malam pulang pagi adalah cara legenda Brasil ini menikmati kehidupannya.
ADVERTISEMENT
Pakar sepak bola Brasil, Tim Vickery, pernah menyebut Ronaldinho seperti bocah genius yang tak pernah tumbuh dewasa. Kematian sang ayah ketika dirinya masih kecil disebut sebagai pemicunya.

3) Eden Hazard

Eden Hazard, pemain Real Madrid. Foto: OZAN KOSE / AFP
Real Madrid memboyong Eden Hazard pada 2019 dengan maksud menjadikannya sebagai bomber haus gol baru setelah Cristiano Ronaldo hengkang pada 2018. Namun nyatanya, pemain Belgia ini belum mencapai ekspektasi itu.
Malah, Hazard sempat membuat kecewa fan Real Madrid karena kedapatan memiliki perut gemuk pada pramusim tahun 2019. Dia pun tak menampik hal itu dan memiliki alasan.
"Memang benar (saya kegemukan). Saya takkan menyembunyikannya. Namun, ketika sedang berlibur, ya, saya sungguh-sungguh berlibur. Kalau tidak begitu, saya tidak akan sempat menikmati hidup," katanya kepada L'Equipe pada November 2019.
ADVERTISEMENT
"Berat badan saya naik lima kilogram, tetapi saya adalah orang yang berat badannya gampang naik dan turun. Asal saya berhati-hati, itu tidak akan jadi masalah."
"Waktu berumur 18 tahun, di Lille, berat badan saya sekitar 72 atau 73 kg. Sementara, massa otot saya 75 kg dan bisa jadi 77 kg di hari yang buruk. Musim panas kemarin, berat badan saya 80 kg, tetapi aku bisa menurunkannya dalam 10 hari," jelas Hazard.

4) Ilkay Guendogan

Ilkay Guendogan. Foto: Andrew Yates/REUTERS
Pada 2014, Ilkay Guendogan masih menjadi gelandang andalan Borussia Dortmund. Namun, pada tahun itu, ada masa ketika Guendogan sedang jarang main karena mengalami cedera panjang.
Lama tak terlihat latihan bareng skuad Dortmund, tiba-tiba beredar foto dirinya kembali ke lapangan untuk memulai kembali pelatihan dengan tim. Masalahnya, kala itu, postur Guendogan terlihat sangat berbeda. Perutnya tampak buncit.
ADVERTISEMENT
Namun, Guendogan mampu menemukan kembali tubuh idealnya. Ia mampu melanjutkan kariernya bersama Dortmund hingga musim 2015/16.
Kini, Guendogan adalah salah satu pemain andalan Manchester City. Ia mempertahankan tubuh idealnya.

5) Francelino Matuzalem

Francelino Matuzalem (kanan). Foto: Getty Images/Paolo Bruno
Matuzalem Francelino da Silva pernah memiliki masalah dengan berat badan gara-gara ketagihan mozzarella. Itu dirasakannya selama berkarier di Liga Italia.
Kelezatan mozzarella membuat Matuzalem ketagihan. Alhasil, dia memakannya dalam jumlah banyak hingga menjadi kegemukan.
"Keju mozzarella! Ya, Tuhan. Saya tidak bisa berhenti memakannya," katanya kepada gianlucadimarzio.com.
"Saya mengalami kelebihan berat badan dan (Emiliano) Mondonico mulai menaruh saya di bangku cadangan. Saya tidak menyalahkannya, saya memang memalukan," lanjutnya.
Francelino Matuzalem. Foto: Getty Images/Giuseppe Bellini
Mondonico adalah pelatih yang membesut Napoli selama 2000-2001. Matuzalem sendiri memang pernah membela klub kebanggaan publik Naples itu, klub Italia pertamanya, selama 1999-2001.
ADVERTISEMENT
Matuzalem lalu bisa mengontrol rasa ketagihannya dan menjadi bagian penting Partenopei untuk promosi ke Serie A. Prestasi terbaiknya di 'Negeri Pizza' adalah ketika menjuarai Coppa Italia 2008/09 dan Piala Super Italia bersama Lazio.

6) Willian

Pemain Arsenal. Willian. Foto: Pool via REUTERS
Willian menjadi pusat perhatian saat membela Arsenal melawan Hibernian asal Skotlandia di laga pramusim. Itu karena postur tubuhnya yang dinilai tidak ideal.
Mengenakan jersi tandang Arsenal untuk musim 2021/22, perut winger asal Brasil ini terlihat lebih besar. Alhasil, itu menyebabkan jersi tersebut tampak begitu sempit bagi Willian.
Willian diboyong Arsenal dari Chelsea secara cuma-cuma pada musim 2020/21. Sayang, kontribusi pemain 32 tahun ini belum begitu signifikan bagi kubu ‘Meriam London’.
Berdasarkan data Transfermarkt, Willian hanya membukukan 1 gol dan 7 assist dari 37 laga di berbagai kompetisi musim lalu. Melihat fisiknya sekarang, tampaknya fan Arsenal tak perlu kaget jika dia tiba-tiba dilepas di bursa transfer ini.
ADVERTISEMENT
***