Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karius sebenarnya sudah melaporkan tim yang mentas di Super Lig Turki tersebut sebanyak dua kali kepada FIFA. Namun, FIFA tak juga bergerak menyelesaikan masalah antara mereka.
Pada akhirnya, Karius memilih memutus kontraknya di Besiktas. Mengacu laporan The Guardian, proses ini telah mencapai tahap akhir. Artinya, kiper dari Jerman itu bakal balik lagi ke Liverpool.
Pertanyaannya, apakah Karius layak mendapatkan kesempatan kedua untuk, setidaknya, bersaing dengan Alisson Becker dan Adrian San Miguel di posisi penjaga gawang?
***
Mari kami ingatkan terlebih dahulu mengapa bisa Karius sampai ke Besiktas dengan status pinjaman.
Mei 2018, dia bertugas menjaga gawang Liverpool dalam laga final Liga Champions melawan Real Madrid. Pada menit ke-49, tubuh Sergio Ramos mengenai kepala Karius. Dari sini, petaka buat eks kiper FC Mainz tersebut dan Liverpool bermula.
ADVERTISEMENT
Pada menit ke-51, Karius memberikan bola ke Benzema. Tanpa pikir panjang, striker dari Prancis itu membobol gawang Karius. Berselang 13 menit, Gareth Bale mencetak gol salto dan Karius menciptakan blunder berujung kebobolan lainnya di menit ke-83.
Alhasil, Liverpool takluk 1-3 dari Madrid dan gagal menjadi juara.
Kamu mungkin berpikir bahwa Karius hanya mengada-ada soal gegar otak itu. Tapi, menurut ahli bedah syaraf, dr Willie Stewart, itu memang bisa terjadi saat pertandingan, sekalipun si pemain tak sampai pingsan ketika mengalami gegar otak di lapangan.
"Banyak orang mengira gegar otak itu harus selalu pingsan atau sulit berdiri. Sehingga, ada banyak gejala gegar otak yang gagal disadari oleh tim medis, wasit, rekan-rekan, atau bahkan si pemain sendiri saat di lapangan," kata Stewart kepada BBC Sport.
ADVERTISEMENT
"Sejauh yang saya tahu, gegar otak dapat mengganggu si pemain dalam mengamati objek yang bergerak cepat dan itu tentu bisa menimbulkan masalah dalam pertandingan yang memiliki tempo cepat," imbuh sosok asal Inggris tersebut.
Bagi Stewart, sepak bola jauh tertinggal dalam mengurusi masalah ini jika dibandingkan olahraga lain. Padahal, selain mengganggu kinerja otak, gegar otak juga bisa menimbulkan trauma.
***
Usai final Liga Champions 2018 yang suram itu, sebenarnya Karius sudah mendapatkan kesempatan tampil bersama Liverpool dalam laga pramusim 2018. Namun, dia tetap saja membikin blunder.
Hamzah Khalique-Loonat, kontributor media fans Liverpool, Anfield Index, yang juga telah mengantongi lisensi kepelatihan FA level 1, menuturkan bahwa seorang kiper sangat murah diserang dengan pikiran-pikiran negatif ketika bertanding.
ADVERTISEMENT
"Seorang kiper bisa berpikir seperti ini, 'Saya harus mencegah bola ini masuk ke gawang yang saya jaga.' Atau, Jangan sampai umpan saya kacau.' Masalahnya, berbeda dengan posisi lain, kiper itu pekerjaan yang mengandalkan reaksi," jelas Khalique-Loonat.
Sekarang bayangkan Karius. Sejak kedatangannya ke Liverpool pada 2016, dia sudah harus bertarung melawan dirinya sendiri.
Di musim perdananya, Karius kesulitan beradaptasi sehingga Simon Mignolet dipercaya menjadi kiper utama Liverpool. Baru pada paruh kedua musim 2017/18 dia berhasil mendapatkan kepercayaan semua orang untuk menjadi kiper utama Liverpool.
Nahas, dia membuat kesalahan besar di laga sebesar final Liga Champions, dan sampai kini pun semua orang yang mengikuti sepak bola tidak lupa akan hari itu.
Semenjak hari itu, dia terus berjuang melawan iblis besar dalam pikirannya. Mungkin iblis dalam pikirannya membisikkan kata-kata yang lebih kejam daripada penjelasan Khalique-Loonat tadi. Dan mengalahkan iblis macam ini tentu bukan perkara mudah.
ADVERTISEMENT
Karius telah mencoba menyelesaikan masalah ini dengan pergi ke Besiktas dengan status pinjaman pada bursa transfer musim panas 2018. Dia pergi dengan masa peminjaman selama 2 musim.
Masalahnya, kisah Karius selama di Besiktas juga tak kalah pahit. Selain perkara gaji yang tak dibayar tadi, Karius juga pernah dicela fans sendiri akibat melakukan blunder yang berujung kebobolan kala Besiktas menang 3-2 atas Konyaspor pada Maret 2019 silam.
Karena ini juga Senol Gunes, yang kala itu menjadi pelatih Besiktas, turut mengkritik Karius.
"Ada yang salah dari pemain ini. Dia tak memiliki motivasi atau antusiasme terhadap permainan ini. Jika ada Tolga, dan bahkan dia bukan kiper terbaik saat masih berada di tim ini, saya bakal mainkan dia dan bukannya Karius," kata Gunes, dilansir ESPN.
ADVERTISEMENT
Musim pertama Karius di Besiktas jauh dari istimewa, meski ini terjadi karena lini belakang tim yang dia bela juga buruk. Dalam 35 laga, dia sudah kebobolan 49 gol dan hanya 6 kali cleansheet.
Sementara, di musim kedua, Karius telah menderita 46 kebobolan hanya 8 kali cleansheet. Ini tentu bukan angka-angka yang bagus.
***
Sampai saat ini, publik belum tahu pasti apakah Karius sudah pulih betul dari gegar otak. Satu hal yang jelas, Karius masih membayar konsekuensi atas apa yang terjadi di final Liga Champions 2018.
Dengan kondisi seperti ini, dia akan kembali ke Liverpool. Bersaing dengan kiper top Alisson Becker dan deputinya Adrian San Miguel. Dan keduanya, harus diakui, jauh lebih baik daripada Karius.
ADVERTISEMENT
Untuk Alisson, buktinya jelas: Meski cedera di awal musim ini, dia masih bisa menorehkan catatan 14 kali cleansheet dan hanya 17 kali kebobolan dalam 28 penampilan dalam seluruh ajang. Alisson pula memiliki kemampuan distribusi bola yang mumpuni.
Adrian memang melakukan blunder kala Liverpool takluk 2-3 dari Atletico Madrid di laga leg II babak 16 Liga Champions musim ini.
Namun, sebelum laga itu, Adrian melakukan tugasnya dengan baik sebagai kiper pengganti dan sudah menorehkan 3 kali cleansheet dan hanya 24 kali kebobolan dalam 18 laga. Selain itu, reaksi Adrian usai blunder tadi menunjukkan dia bakal baik-baik saja.
Ini berarti, jika kembali ke Liverpool, Karius bisa jadi berada di level yang sama dengan Caoimhin Kelleher sebagai kiper ketiga.
ADVERTISEMENT
Berita baiknya untuk Karius, Juergen Klopp, sang manajer Liverpool, bukanlah pelatih yang pelit dalam memberikan kesempatan kepada para pemainnya. Karius pun masih bisa tampil di laga-laga yang kurang menentukan buat Liverpool.
Jika kesempatan itu tiba, semua tinggal bergantung kepada Karius.
Andai kepalanya sudah pulih dan dia juga bisa mengalahkan iblis dalam jiwanya, bukannya tak mungkin Karius menjadi pesaing serius Adrian sebagai sang nomor 2 di Liverpool .
===
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
===
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 jersi original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .