Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pada salah satu konferensi pers jelang Bundesliga 2019-20 bergulir, Marco Rose menjelaskan seperti apa sepak bola yang dia inginkan. Rose bilang bahwa sepak bolanya adalah sepak bola yang penuh determinasi, proaktif, dan adaptif.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya ini bukan suatu rahasia. Semua yang pernah menyaksikan Red Bull Salzburg pada 2018-19, tim yang waktu itu dia asuh, sudah tahu hal tersebut tetapi baru kali ini Rose mengucapkannya secara gamblang.
Yang mesti dipahami, Rose pernah dilatih Juergen Klopp dan Thomas Tuchel di Mainz. Dari situlah ilmu taktiknya berasal. Determinasi dan permainan proaktif adalah hasil modifikasi gegenpressing Klopp, sedangkan gaya adaptif berasal dari Tuchel.
Rose memadukan aspek-aspek itu selama di Salzburg. Begitu pindah ke Borussia Moenchengladbach pada 2019-20, hal serupa kembali dia lakukan. Hasilnya ciamik. Gladbach kini di urutan keempat dan bahkan sempat memimpin Bundesliga.
Sepak bola proaktif ala Rose sendiri tergambar dari cara bertahan sekaligus menyerang Gladbach musim ini. Dia menuntut para pemain untuk menekan setinggi mungkin guna merebut bola dengan cepat, lalu melancarkan serangan kilat.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, Rose kerap menerapkannya dalam skema 4-3-1-2 atau 4-4-2 berlian (4-1-2-1-2), skema yang juga biasa dia jadikan sebagai pakem Salzburg.
Ada sejumlah hal yang lantas jadi kunci berhasilnya pendekatan itu. Pertama, dua dari empat gelandang mesti bergerak secara vertikal dan rapat, terutama kala bertahan. Biasanya tugas ini diemban oleh Florian Neuhaus dan si nomor 6, Denis Zakaria.
Kedua, duet penyerang mesti punya kepekaan terhadap posisi yang tinggi. Mereka juga dituntut untuk rajin bergerak. Saat bertahan, keduanya aktif memberi tekanan, sedangkan kala menyerang mereka mesti rutin membuka ruang.
Gamblangnya, kedua penyerang tersebut, yang biasanya diperankan Alessane Plea dan Marcus Thuram, bertugas sebagai benteng pertama Gladbach. Begitu bola berhasil direbut, mereka bakal menyerang secara direct.
Salah satu video analisis di YouTube resmi Bundesliga menyebut bahwa pendekatan itu kian berbahaya karena karakteristik bermain mereka. Plea dan Thuram adalah pemain dengan kecepatan tinggi, mobile, ngotot, dan amat mengandalkan fisik.
ADVERTISEMENT
Tak salah kalau mereka menjadi salah satu duet paling mematikan di Bundesliga musim ini. Plea sudah bikin 9 gol (dan 8 assist), sedangkan Thuram 8 gol (dan 8 assist) yang sebagian di antaranya berasal dari pendekatan bermain yang dicanangkan Rose.
Walau begitu, tak selamanya pendekatan tersebut berjalan lancar. Dari sinilah kemampuan Rose menyesuaikan taktik timnya dengan situasi di lapangan terlihat.
Tatkala Gladbach buntu, Rose tak segan mengubah gaya bermain timnya. Misal, dia pernah mencoba umpan-umpan panjang, bertahan total, dan bahkan cukup sering memaksimalkan sisi sayap dengan menempatkan Plea dan Thuram di sana.
Rose juga cukup sering mengubah-ubah formasi. Alhasil, dilansir WhoScored, Gladbach termasuk tim kedua yang paling sering berganti formasi, yakni 7 kali (RB Leipzig 9). Selain 4-3-1-2 dan 4-4-2, ada 4-2-3-1, 4-3-3, 3-4-1-2, 3-4-2-1, dan 3-5-2.
ADVERTISEMENT
Laga kontra Bayern Muenchen pada akhir tahun lalu adalah contoh terbaik perubahan skema Gladbach yang berhasil. Mula-mula mereka turun dengan 4-3-1-2, dan seperti biasa, menerapkan pressing super ketat.
Pendekatan itu berubah jelang laga usai, tepatnya saat skor 1-1. Gladbach tiba-tiba seperti membiarkan lawan terus menyerang. Padahal, menit-menit berikutnya mereka cukup bisa mengimbangi permainan Bayern.
Namun, Rose tahu bahwa Bayern yang baru saja kalah dari Bayer Leverkusen akan terus menyerang. Yang Rose incar adalah momen serangan balik. Inilah yang terjadi dan berujung penalti untuk timnya. Gladbach menang 2-1.
Bek sayap Gladbach, Nico Elvedi, menyebut bahwa kepekaan terhadap detail adalah rahasia Rose. Hal itu yang kemudian membuat Rose piawai menerapkan lebih dari satu pendekatan bermain dalam sebuah pertandingan.
ADVERTISEMENT
"Dia pelaih yang dengan cerdik menganalisis setiap laga untuk mengembangkan permainan tim. Itulah yang membuat dia jadi pelatih yag bagus. Kami seperti ini karena perubahan formasi yang dilakukan," kata Elvedi suatu kali.
"Dia punya banyak pengalaman sehingga sangat tahu apa yang mesti dilakukan. Dia juga tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan para pemain. Itu pembedanya dengan pelatih lain," sambung pemain berusia 23 tahun itu.
Terlepas dari kejeniusan Rose, keberadaan sosok-sosok lain tak boleh dikesampingkan, terutama tiga nama yang bikin lini belakang Gladbach sukar ditembus musim ini. Mereka adalah Yann Sommer, Matthias Ginter, dan Denis Zakaria.
Sommer termasuk kiper dengan penyelamatan terbanyak di antara kiper lain di empat besar (3,7 per laga). Sementara itu, Ginter adalah sosok kunci di jantung pertahanan dan Zakaria menjadi benteng dari lini tengah.
ADVERTISEMENT
Seperti Plea dan Thuram, ketiganya adalah kepingan penting dalam taktik Rose. Dengan skuat seperti inilah Gladbach bakal berusaha keras mewujudkan mimpi kembali ke Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2016/17.
Namun, misi Gladbach tidak akan berjalan mudah. Selain karena cuma unggul selisih gol atas Bayer Leverkusen yang duduk di urutan kelima, Gladbach juga akan menghadapi lawan berat di sisa enam laga musim ini seperti Bayern Muenchen dan Wolfsburg.
Di sini, kejelian Rose akan amat sangat dibutuhkan oleh para pemainnya.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!