Diskriminasi Pesepak Bola Wanita di Prancis: Dilarang Berhijab & Disuruh Pensiun

19 April 2022 12:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Hijabeuses memprotes undang-undang Prancis yang melarang kerudung dalam kompetisi olahraga (26/01/2022). Foto: Sarah Witt / Hans Lucas via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
The Hijabeuses memprotes undang-undang Prancis yang melarang kerudung dalam kompetisi olahraga (26/01/2022). Foto: Sarah Witt / Hans Lucas via Reuters
ADVERTISEMENT
Pesepak bola wanita yang memeluk agama Islam mengalami sederet tindakan diskriminatif di Prancis. Mereka diketahui mendapat larangan untuk mengenakan hijab di atas lapangan hijau hingga memperoleh desakan untuk pensiun dini bila tetap teguh atas pendiriannya.
ADVERTISEMENT
New York Times melansir, tindakan yang dirasa kurang tepat tersebut telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Adalah Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) yang menjadi dalang atas larangan penggunaan hijab bagi pesepak bola muslim.
FFF beralasan, penggunaan hijab di dunia sepak bola akan merusak prinsip ‘netralitas’ yang ada di Prancis. Di mana Prancis memang sudah sejak lama menganut prinsip kebebasan beragama tanpa menonjolkan ‘agama’ yang dianut.
Ilustrasi sepak bola wanita. Foto: Amir Poormand / ISNA / AFP
Tak hanya FFF, sekelompok senator konservatif turut menjadi pendukung utama dari pelarangan penggunaan hijab di Prancis. Para senator tersebut bahkan sempat membuat rancangan undang-undang (RUU) yang melarang pemakaian simbol agama apa pun di semua kompetisi olahraga, termasuk sepak bola.
“Pada bulan Januari lalu, senator sayap kanan mengajukan RUU yang menyatakan pelarangan pengunaan hijab di bidang olahraga. Para senat beralasan, penggunaan hijab dapat menjadi ancaman di kemudian hari untuk menyebarkan agama Islam yang radikal,” tulis laporan New York Times.
ADVERTISEMENT
“Namun, tak berselang lama, RUU yang diajukan para senat Prancis ditolak mentah-mentah satu bulan kemudian. Majelis rendah pada parlemen Prancis tidak menyetujui ide tersebut karena dirasa kurang relevan,” lanjut laporan tersebut.
Ilustrasi sepak bola wanita. Foto: Amir Poormand / ISNA / AFP
Walau RUU yang diajukan telah gagal, tetapi para pesepak bola wanita muslim di Prancis tetap tidak memperoleh kebebasan. Sebab, aturan FFF yang melarang pesepak bola muslim mengenakan hijab tetap berlaku hingga detik ini.
Sehingga, tak ayal, aturan tersebut membuat pesepak bola muslim di Prancis sulit berkembang. Salah satunya seperti yang dialami Mama Diakite, seorang pesepak bola muslim yang berlaga di Divisi Tiga Prancis.
Diakite bercerita, dirinya kerap dilarang turun ke lapangan bila masih menggunakan hijab. Hal itu biasanya ia alami manakala turun di pertandingan yang memiliki skala cukup besar.
ADVERTISEMENT
Namun, bila hanya pertandingan yang intensitasnya rendah atau tidak dikenal, Diakite mengaku dirinya sesekali mendapat ‘keringanan’ dari perangkat pertandingan untuk tetap menggunakan hijabnya.
Anggota Timnas Sepak Bola Wanita Indonesia mencium bendera merah putih disaksikan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (kiri) pada prosesi pelepasan tim di Jakarta, Minggu (16/1/2022). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Alhasil, karena tidak ada banyak laga yang bisa ia mainkan, pesepak bola berusia 23 tahun itu mengungkap telah mengubur dalam-dalam mimpinya untuk bermain di klub besar. Diakite tampaknya sudah menyerah dengan keadaan usai mengetahui bahwa semesta tidak mendukungnya.
Padahal, menurut penuturan sang pelatih, Jean-Claude Njehoya, Diakite merupakan pesepak bola andal. Bermain di posisi gelandang, Diakite punya segudang potensi untuk bermain di level tertinggi.
“Ketika dia [Diakite] masih muda, dia memiliki banyak keterampilan. Tapi, saat dia mulai memahami sulitnya berkembang kala mengenakan hijab, perlahan-lahan Diakite mundur dan tidak berusaha mendorong mimpinya lebih jauh,” ungkap Njehoya.
Timnas sepak bola Iran melawan Singapuran selama kualifikasi Piala Asia Wanita AFC 2018 di Hanoi pada 5 April 2017. Foto: HOANG DINH NAM / AFP
Tak hanya minimnya menit bermain, Diakite mengaku pesepak bola muslim juga kerap mendapat penghinaan. Mereka sesekali mendapat perkataan sinis dari lawan bermain atau perangkat pertandingan yang menyatakan agar mereka berhenti bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ada yang secara terang-terangan mengimbau mereka untuk berpindah cabang olahraga. Para pesepak bola muslim itu kerap mendapat imbauan untuk berpindah ke olahraga futsal atau bola tangan yang diketahui bisa lebih ramah terhadap penggunaan hijab.
Walau begitu, di dalam hati kecilnya, Diakite enggan menyerah. Pasalnya, ia bersama rekan seprofesinya membuat sebuah gerakan bernama ‘Les Hijabeuses’.
Les Hijabeuses adalah gerakan pesepak bola wanita muslim di Prancis untuk memecahkan ‘tameng’ yang dibuat oleh FFF. Dibentuk pada tahun 2020, Les Hijabeuses bertujuan untuk melegalkan hijab di atas lapangan hijau.
“Yang kami inginkan adalah diterima apa adanya. Kami ingin tetap bermain sepak bola tanpa meninggalkan kewajiban kami sebagai seorang muslimat,” kata Foune Diawara, presiden Les Hijabeuses.
ADVERTISEMENT
Diawara menambahkan, fokus Les Hijabeuses saat ini adalah melobi FFF untuk membatalkan aturan terkait hijab. Selain itu, Les Hijabeuses juga kerap melakukan pertemuan dengan para pejabat di Prancis guna memperoleh dukungan moril.
Meski begitu, memang belum ada dampak signifikan yang dirasakan pesepak bola muslim di Prancis. Sebab, Diawara mengungkap memang tidak semudah itu untuk membalikkan keadaan.