Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sampai kemarin (14/1/2020) kami masih berharap Coach Seto bertahan. Ini sudah 6 kali ketemu dengannya tapi sepertinya Coach Seto belum bisa. Kami ingin mencapai peringkat lima besar. Semoga coach Eduardo bisa bawa PSS capai target ini,” ujar Fatih Chabanto, CEO PSS.
Target lima besar yang dibebankan manajemen PSS rasanya jauh dari kata realistis. Dasarnya, jabatan pelatih kepala belum akrab di telinga pada diri Perez.
Bolehlah kita sepakat bahwa Perez sudah paham sepak bola Indonesia. Ia sudah berkarier di Tanah Air sejak 2017 menjadi asisten Luis Milla di Timnas Indonesia . Pelatih 43 tahun itu kemudian melanjutkan kiprahnya sebagai asisten pelatih di Persija Jakarta saat diasuh Julio Banuelos.
Kembali ke soal pelatih kepala, Perez belum satu kali pun memegang jabatan itu, baik di Liga 1 maupun sebelum tiba di Indonesia. Pelatih asal Spanyol itu malah lebih banyak punya rekam jejak sebagai pelatih kiper.
ADVERTISEMENT
Pengalaman pertamanya menjadi pelatih didapat saat bersama klub Spanyol, UE Lleida, pada 2008-2010. Ia bertindak sebagai general manager dan pelatih tim junior meskipun masih aktif bermain sebagai kiper.
Dalam rentang dua tahun itu, Perez berhasil mendapat lisensi pelatih level dua dari Institut Joan Oro Lleida, Spanyol.
Perez kemudian hijrah lantara UE Lleida tengah tidak stabil dan akhirnya dilikuidasi pada 2011. Ia kembali ke jalurnya, fokus di dunia penjaga gawang.
Pria berkepala plontos itu lantas mengambil lisensi kepelatihan kiper. Masih di Spanyol, Girona FC menjadi klub pertama yang mencicipi jasa Perez sebagai pelatih kiper pada 2011. Tugas lain Perez bersama Girona ialah sebagai tim analis dan pencari bakat.
Kebersamaan Perez dan Girona hanya bertahan sampai 2013. Pelatih 43 tahun itu ingin mencoba atmosfer baru di Asia.
ADVERTISEMENT
Al Jazira FC (klub Uni Emirat Arab) menjadi pelabuhan baru Perez. Tugas Perez sama persis seperti ketika di Girona.
Asia bak rumah baru bagi Perez. Tengok saja yang ia kejar dalam rentang tiga tahun di Asia.
Perez bahkan yakin mengambil lisensi kepelatihan kiper AFC plus lisensi AFC Pro pada 2015. Alhasil, karier kepelatihannya banyak dihabiskan di Asia.
Selain Al Jazira, Al Dhafra FC sempat menjadi tempat bernaung Perez dari 2014 sampai 2016. Ia memang sempat berlayar ke Eropa bersama APOEL Nicosia pada 2016. Namun, ia cuma betah setahun sebelum kembali ke Asia bersama Timnas Indonesia.
Perez tampil sebagai pelatih kiper dan asisten pelatih Luis Milla di Tim Garuda. Lantas, semenjak Milla angkat kaki dari Indonesia pada 2018, Perez mencoba lepas dari bayang-bayang seniornya itu.
ADVERTISEMENT
Ia pergi ke Al Saad (Qatar). Memang, Perez masih sebagai pelatih kiper dan asisten pelatih. Namun, di situ titik awal Perez mencari jalannya sendiri.
Persija pun akhirnya kepincut akan jasa mantan penjaga gawang lima klub Spanyol (CD Logrones, UD Meililla, CF Balaguer, CF Baladona, dan UE Lleida). Jabatan utama Perez kala itu ialah asisten Julio Banuelos.
Hanya, ia rangkap jabatan dengan memegang posisi Direktur Metodologi Sepak Bola dan Akademi Persija .
Pelatih 43 makin percaya diri. Lisensi kepelatihannya bisa dipakai saat menukangi tim junior Macan Kemayoran. Semenjak saat itu, Perez tertantang mengepalai tim utama.
Gayung bersambut. PSS yang tengah limbung setelah buntu dalam negosiasi dengan Seto Nurdiantoro segera menerima tawaran Perez.
ADVERTISEMENT
Namun, pinangan PSS bakal menjadi hal berat buat Perez. Selain baru kali pertama menjadi pelatih kepala di Liga 1 , pemilik lisensi UEFA A itu dibebani target tinggi oleh manajemen Super Elang Jawa.
Keraguan mengalir deras. Bila Perez suka tantangan dan ingin menutup mulut sumbang publik, silakan menjawab dengan kiprah apik PSS di Liga 2020.