Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hector Bellerin: Dunia Sepak Bola Bungkam soal Palestina, tapi Peduli Ukraina
24 Maret 2022 12:52 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu dibuktikan dengan adanya sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia imbas adanya operasi militer ke wilayah Ukraina pada 24 Februari lalu. Tercatat, FIFA dan UEFA berbondong-bondong memberikan sederet hukuman kepada Negeri Beruang Merah itu.
Teranyar, Timnas Rusia harus menelan pil pahit karena dinyatakan gugur oleh FIFA dari babak play-off Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa. Selain itu, klub-klub sepak bola asal Rusia juga dilarang oleh UEFA untuk berpartisipasi di kompetisi tingkat Eropa.
“Sangat sulit untuk melihat bahwa kami lebih tertarik pada perang ini [Rusia-Ukraina] daripada yang lain,” kata Bellerin kepada La Media Inglesa seperti dikutip dari Marca.
“Saya tidak tahu apakah itu karena mereka lebih seperti kami atau karena konflik tersebut dapat mempengaruhi kami secara langsung, baik secara ekonomi maupun dalam hal pengungsi,” tambah pemain yang berposisi sebagai bek kanan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara, di lain sisi, Bellerin turut mempertanyakan mengapa konflik di Timur Tengah tak mendapatkan perlakuan serupa layaknya yang diterima Ukraina. Mayoritas masyarakat bahkan cenderung tak peduli atas konflik yang telah terjadi selama belasan tahun itu.
“Perang Palestina telah sepenuhnya dibungkam, tidak ada yang membicarakannya. Yaman, Irak ... sekarang Rusia turut tidak bermain di Piala Dunia. Ini adalah hal-hal yang telah dihadapi negara lain selama bertahun-tahun,” ujar Bellerin.
Bahkan, pemain Real Betis itu menganggap perbedaan ini merupakan bentuk rasisme yang begitu kentara. Pasalnya, perbedaan sikap yang diterima Ukraina dan negara-negara di Timur Tengah sangat terlihat.
“Hal ini terlihat begitu rasis karena kita menutup mata atas konflik lain yang juga tengah terjadi. Sangat memalukan berada di posisi ini, terasa sangat minim empati dan terlalu memprioritaskan ‘mereka’ yang dekat dengan kami,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT