Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Alexis Sanchez: Dari Tukang Cuci Mobil hingga Bergaji Fantastis
8 Juni 2021 15:38 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bintang Inter Milan, Alexis Sanchez , menjadi salah satu talenta sepak bola terbaik yang pernah dilahirkan di Chile. Namun siapa sangka, sang penyerang diketahui berasal dari keluarga tidak mampu.
ADVERTISEMENT
Sanchez tumbuh di sebuah perkampungan tambang miskin di Kota Tocopilla, sebelah utara negara Chile. Ayah Sanchez meninggalkan keluarganya sejak kecil. Sang ibu yang bernama Martina harus melakukan banyak pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.
Martina adalah buruh cuci yang juga harus berjualan ikan sejauh 80 kilometer setiap hari dari rumahnya. Sanchez kecil pun harus ikut berjuang untuk mendapatkan uang. Dia rela menjadi buruh cuci mobil hanya untuk memperoleh pemasukan.
Tak jarang Sanchez menderita kelaparan hingga harus meminta makanan gratis kepada para tetangga. Segala hal mulai membaik saat ia jatuh cinta dengan sepak bola meski hanya bisa memainkannya tanpa sepatu di jalanan kasar dan berlumpur.
Karier sepak bola Sanchez dimulai dari klub muda lokal Chile bernama Cobreloa. Dia bergabung dengan Cobreloa dari 2004 dan meninggalkan klub tersebut pada 2006 untuk memulai mengejar mimpi di Benua Eropa bersama klub Liga Italia, Udinese.
ADVERTISEMENT
Sanchez mulai dilirik klub-klub yang lebih besar usai bergabung dengan Udinese. Barcelona lalu merekrutnya pada 2011. Dia berhasil bertahan selama tiga musim bersama Barcelona dan mencetak 47 gol serta 36 assist dari 141 penampilan.
Sanchez kemudian berkesempatan mencicipi kemegahan Liga Inggris kala bergabung dengan Arsenal pada 2014. Bersama klub berjuluk The Gunners tersebut, ia berhasil meraih trofi Piala FA sebanyak dua kali.
Sanchez bahkan sempat menjadi pemain bergaji tertinggi di Liga Inggris kala direkrut oleh Manchester United. Dia meraup 350 ribu pounds atau setara Rp 6,5 miliar per pekan.
Gaji tinggi dan status bintang tak lantas membuatnya lupa akan asal-muasalnya. Sanchez membiayai pembangunan lapangan berteknologi tinggi di kota kelahirannya, Tocopilla, pada 2016.
ADVERTISEMENT
Sanchez kemudian bergabung dengan Inter setelah dipinjamkan selama semusim oleh MU. Sejatinya, Sanchez masih terikat kontrak di Old Trafford sampai 2022. Namun, Setan Merah memilih memutus kontrak mantan penggawa Barcelona dan Arsenal itu untuk mengurangi beban gaji pemain di klub.
Pemutusan kontrak Sanchez tersebut membuat MU mesti membayar uang ganti rugi. Setan Merah kabarnya harus memberikan sang pemain pesangon yang mencapai 9 juta pounds (sekitar Rp 173 miliar).
Menurut laporan wartawan Gianluca Di Marzio, Sanchez dikontrak selama tiga tahun dengan bayaran tiga kali lipat lebih rendah oleh Inter. Ia kabarnya menerima gaji sebesar 7 juta euro per tahun (setara Rp 99 miliar).
Meskipun demikian, jumlah gaji yang diperoleh Sanchez sangat fantastis dan lebih dari cukup untuk memperbaiki kualitas hidup keluarganya.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kesempatan, Sanchez mengakui bahwa seandainya tidak menjadi pemain sepak bola, maka kemungkinan besar dia akan bekerja di tambang lokal. Seperti para pemuda lain di kota asalnya yang dikenal sebagai kota industri.
Musim ini, Sanchez berhasil membawa Inter Milan meraih gelar juara Liga Italia. Titel itu mengakhiri penantian juara sejak 11 tahun lamanya, sekaligus mengakhiri dominasi Juventus.
Menurut catatan Transfermarkt, Sanchez telah mengemas 171 gol dan 136 assist dari 581 pertandingan di semua ajang pada level klub. Adapun bersama Timnas Chile, ia sukses menorehkan 46 gol dari 137 caps.
****