Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Legenda Newcastle: Bek Andal yang Banting Setir Jadi Tukang Buah & Sayur
8 Desember 2021 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jika berbicara soal pemain legenda, nama-nama macam Kevin Keegan dan Alan Shearer menjadi daftar teratas yang sangat mudah diingat. Namun, ada juga sosok bek andal yang pernah menghiasi skuad Newcastle. Dia adalah Philippe Albert.
Pria kelahiran Agustus 1967 itu telah bergabung di St James Park sejak 1994. Sebelumnya, Albert lebih aktif di dalam negeri dan bermain untuk beberapa klub Belgia.
Meski berposisi sebagai seorang bek tengah, itu tak menutup peluang Albert untuk mencetak gol. Tak hanya gol standar dengan sundulan kepala ala bek-bek pada umumnya, Albert terkenal ketika mencetak gol chip dari luar kotak penalti saat Newcastle membantai Manchester United 5-0 pada 20 Oktober 1996.
Menjalani kiprah 5 tahun berseragam putih-hitam garis-garis khas Newcastle, Albert pada akhirnya gantung sepatu di Belgia bersama klub masa mudanya, RSC Charleoi.
ADVERTISEMENT
Hal menarik dimulai setelah dirinya pensiun. Pria dengan catatan 137 laga bersama Newcastle itu banting setir menjadi seorang penjual buah-buahan dan sayuran.
Menurut laporan The Guardian, Albert mulai bekerja sebagai penjual sayur di sebuah perusahaan buah dan sayuran, tak lama setelah dirinya pensiun. Ia bekerja di sana hingga 2012.
Bukan karena bangkrut, Albert menyebut bahwa hal ini sengaja ia lakukan untuk merasakan kehidupan normal selepas menjadi bintang di lapangan hijau.
“Saya akan menyiapkan produk untuk pelanggan. Saya melakukannya selama 11 tahun dan tidak menyentuh uang yang saya peroleh dari karier sepak bola saya," kata pemilik 41 caps bersama Timnas Belgia itu.
"Bangun pagi, pulang telat, itulah yang saya inginkan, kehidupan normal. Saya sangat bangga akan hal itu. Jika tidak, ketika Anda berhenti dari sepak bola, Anda tidak melakukan apa-apa. Anda tidak memiliki kehidupan," tambahnya bangga.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Albert mengatakan bahwa dirinya tak terlalu suka membicarakan kariernya di dunia sepak bola. Baginya, itu adalah masa lalu yang sudah lewat begitu saja.
"Saya tidak terlalu suka berbicara tentang karier sepak bola saya karena itu adalah masa lalu. Yang terpenting adalah masa depan. Saya sangat beruntung bisa sukses di luar sepak bola. Itu membuat saya bangga dengan diri saya sendiri," tegasnya.
Boleh jadi didikan orang tua Albert di masa lalu berdampak besar pada sikap kemandiriannya itu. Tumbuh di Bouillon, Belgia, Albert dibesarkan oleh seorang ayah yang merupakan buruh pabrik.
"Ayah saya bekerja selama 36 tahun di sebuah pabrik logam, dari usia 14-50 tahun. Kami memiliki semua yang kami inginkan untuk bahagia, tetapi bukan uang yang banyak. Kami tidak pergi berlibur, karena itu tidak mungkin secara finansial, tetapi saya tidak punya masalah dengan itu. Itu adalah kehidupan normal,” papar Albert soal masa kecilnya.
Itu pula yang membuat Albert lebih memilih Newcastle dan menolak tawaran dari Juventus dan Fiorentina. Selain karena Italia terlalu panas dan punya waktu pramusim yang terlalu lama, didikan kelas pekerja membuatnya mudah membaur di timur laut Inggris.
ADVERTISEMENT
"Hari demi hari, saya secara teratur pergi ke jalan-jalan, berbelanja dengan istri saya. Saya akan berbicara dengan orang-orang, begitulah cara saya dibesarkan. Orang-orang menyukainya, saya pikir," jelas Albert soal kehidupannya di Newcastle.
Selain sebagai tukang buah dan sayur, Philippe Albert juga menjalani pekerjaan sebagai pundit untuk TV di Belgia.