Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Yoann Gourcuff, Penerus Zinedine Zidane yang Gagal & Dibenci Franck Ribery
11 Oktober 2021 15:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Nama besar Zinedine Zidane membuat publik Prancis berharap banyak kepada talenta-talenta muda, termasuk Yoann Gourcuff. Namun, dia tak bisa menyamai level sang maestro, gagal bersinar di Milan , hingga dibenci Ribery di Timnas Prancis .
ADVERTISEMENT
Tak salah jika Gourcuff sempat mendapat julukan 'The Next Zidane'. Pasalnya, pemain kelahiran Juli 1986 ini pernah membela klub yang sama dengan Zidane, yaitu Bordeaux, pada 2008.
Namun jauh sebelum itu, nama sang gelandang sudah masuk dalam radar suksesor maestro Prancis tersebut. Kisaran 2004-2006, putra eks pesepak bola, Christian Gourcuff, itu perlahan dipromosikan ke tim utama Rennes.
Menurut Planet Football, Gourcuff telah menjadi pemain kunci Rennes di musim 2005/06. Ia sukses menyumbang enam gol dan empat assist saat klub finis di urutan ke-7 klasemen akhir Ligue 1.
Bersinar di tanah sendiri membuatnya dilirik oleh klub top Eropa, AC Milan. Ia diboyong ke San Siro dengan mahar 4,5 juta euro (setara Rp 73,9 miliar dengan kurs saat ini) pada 2006. Namun, selama dua musim di sana, ia hanya membuat 54 penampilan dengan sumbangan 3 gol dan 7 assist.
Meski saat itu dirinya mengeklaim medali Liga Champions di musim pertamanya, tetapi sinarnya tak terlihat di Italia. Jelas berbeda dibanding Zidane yang sempat merumput bersama Juventus dan bisa bermain dalam 212 laga lintas ajang.
ADVERTISEMENT
Legenda Milan, Paolo Maldini, bahkan sampai menjelaskan kalau Gourcuff telah gagal untuk bersinar di Italia. Adalah sikap buruknya yang sebagian besar bertanggung jawab atas kegagalan tersebut.
“[Gourcuff] tidak cerdas dalam mengatur dirinya sendiri. Ketika dia bermain di sini, dia tidak ingin membuat dirinya tersedia untuk skuad,” kata Maldini.
Kembali ke Prancis pada 2008 dan bermain untuk Bordeaux membuat reputasi Gourcuff kembali pulih. Bahkan, musim perdananya itu langsung berbuah gelar liga pertama untuk klub setelah puasa 10 tahun.
Menyumbang 12 gol dan 11 assist, Gourcuff memiliki momen terbaik yang terjadi di pertengahan musim 2008/09. Saat itu, dirinya mencetak gol solo menakjubkan dalam kemenangan 4-0 atas Paris Saint-Germain (PSG).
Bahkan, ia makin disanjung atas aksinya tersebut. Adalah eks pemain Prancis yang pernah meraih gelar Piala Dunia 1998, Christophe Dugarry, sekaligus sahabat Zidane yang memuji Gourcuff.
ADVERTISEMENT
“Gol itu bukan kebetulan. Saya merasa sakit ketika Zidane pensiun, menonton Gourcuff telah menyembuhkan saya,” katanya pada saat itu.
Sementara itu, bintang Prancis lain, David Ginola, pernah menyebut Gourcuff sebagai pemain terbaik di generasinya. Sayang, kariernya tidak pernah benar-benar berjalan seperti yang direncanakan.
Bersama Timnas Prancis, Gourcuff tak disukai oleh Nicolas Anelka dan Franck Ribery. Kedua pemain tersebut tidak bersahabat dengan Gourcuff di luar lapangan dan enggan memberinya bola saat Les Bleus ditahan imbang tanpa gol oleh Uruguay di Piala Dunia 2010.
Kemudian saat ia turun di pertandingan terakhir fase grup melawan Afrika Selatan, Gourcuff diusir keluar lapangan setelah 25 menit laga dimulai karena menyikut lawan. Prancis pun tersingkir usai kalah 1-2.
ADVERTISEMENT
Karier internasional Gourcuff tidak pernah benar-benar pulih sejak saat itu. Ia hanya mengumpulkan segelintir caps, dan yang terakhir pada 2013.
“Ribery tidak suka Gourcuff, itu pasti. Sebelum pertandingan melawan Uruguay saya memberi tahu Gourcuff, 'Anda memiliki kunci pertandingan, itu terserah Anda'," terang pelatih Les Bleus saat itu, Raymond Domenech.
“Hal terburuk adalah penampilan Ribery. Mungkin saya melebih-lebihkan, tetapi di matanya saya melihat kebencian, penghinaan, atau kecemburuan,” imbuhnya.
Terlepas dari gagalnya ia di Milan dan drama Yoann Gourcuff di Timnas Prancis, dirinya masih berjuang di sisa kariernya untuk merumput bersama klub-klub Prancis, seperti Lyon, kembali ke Rennes, hingga pensiun di Dijon pada Januari 2019.
Bersama dua klub yang disebut terakhir itu pula ia sukses mencatat 100 lebih pertandingan lintas ajang. Namun, bersama Bordeaux dirinya tampil lebih ganas dengan torehan 24 gol dan 27 assist dalam 95 laga lintas ajang.
ADVERTISEMENT
Sementara kiprahnya di Timnas Prancis ditutup dengan 32 penampilan dan sumbangan 4 gol.
***
Ikuti survei kumparan Bola & Sport dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveibolasport .