Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Teemu Pukki, 'GOAT'-nya Norwich City
9 Agustus 2019 14:43 WIB
Diperbarui 9 September 2019 14:03 WIB
ADVERTISEMENT
Tahu apa makna 'Pukki' dalam Bahasa Finlandia? Goat. Dan di mata penggemar Norwich City , Teemu Pukki dipuja sebagai sosok terbaik yang pernah memperkuat tim kesayangan mereka. Istilah kerennya, GOAT alias greatest of all time.
ADVERTISEMENT
Padahal, mulanya tidak ada ekspektasi hebat untuk Pukki saat diperkenalkan sebagai pemain anyar Norwich pada musim panas 2018. Wajar saja, selain karena datang dengan status bebas transfer dan usia yang kala itu telah menginjak 28 tahun, curriculum vitae Pukki juga terlihat tidak mewah.
Tahu ada klub bernama Kotkan Työväen Palloilijat di dunia ini? Itulah klub pertama Pukki. Dari 2006 hingga 2008 Pukki memperkuat tim asal Finlandia itu. Setelahnya, baru dia memperkuat tim cadangan Sevilla selama dua musim. Musim 2010/11, Pukki kembali ke Finlandia untuk memperkuat sang raksasa HJK Helsinki.
Catatan 13 gol di HJK membuat Schalke 04 mendatangkan Pukki pada musim panas 2011. Namun, karena gagal bersaing, Pukki menuju Celtic pada musim panas 2013. Kemalangan serupa juga menimpanya di The Hoops pada musim 2013/14, dan pindahlah dia ke raksasa asal Denmark, Brondby IF, di musim panas berikutnya.
ADVERTISEMENT
Di Brondby, keran gol Pukki mengucur deras. Selama 2014-2018, dia sudah mencetak 55 gol dalam 130 penampilannya bersama tim berjuluk Drengene fra Vestegnen. Menanjaknya karier Pukki di Brondby rupanya disadari oleh Stuart Webber, sang Direktur Olahraga Norwich.
Pada akhirnya, langkah Webber untuk mengangkut Pukki ke Norwich terbukti benar. Di musim debutnya di Inggris, Pukki menjadi topskorer di Championship dengan catatan 29 gol. Gol-gol ini pada akhirnya mengantarkan Norwich menjuarai Championship, dan musim ini timnya pun kembali menjejak Premier League.
Selain topskorer, penghargaan seperti Pemain Terbaik EFL Championship dan Pemain Norwich Terbaik di musim 2018/19 juga disabetnya. Tentu saja, Pukki juga masuk dalam Tim Terbaik Championship -- baik yang versi EFL atau versi PFA. Dalam dua musim terakhir, adakah transfer bargain yang lebih baik daripada Pukki?
ADVERTISEMENT
"Terlalu banyak uang berperan di sepak bola saat ini. Harga pemain terus saja meroket dari musim ke musim. Sementara, tim saya tidak mengeluarkan uang untuk mendatangkan saya. Jadi, saya merasa Norwich sudah melakukan bisnis yang bagus untuk mendatangkan saya," ucap Pukki kepada Telegraph.
"Meski begitu, saya tidak menduga bakal mencetak 29 gol di musim lalu. Yang saya tahu, saya akan berhasil di Norwich dan selain itu saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa lagi," lanjut striker kelahiran Kotka, Finlandia, itu.
Namun, Pukki didatangkan ke Norwich tak sekadar karena kemampuannya mencetak gol. Pasalnya, Webber menyadari ada kelebihan lain dari Pukki yang bisa dimanfaatkan oleh manajer tim berjuluk The Canaries, Daniel Farke. Dan pada akhirnya, kelebihan ini memang bisa dimaksimalkan oleh eks pelatih tim cadangan Borussia Dortmund itu.
ADVERTISEMENT
Dalam skema 4-2-3-1 Norwich era Farke, Pukki ditempatkan di posisi striker tunggal. Namun, peran yang diberikan pelatih berkebangsaan Jerman ini kepada Pukki bisa berubah -- tergantung dengan lawannya.
Di satu laga, perannya adalah target-man. Tetapi, di laga lainnya, dia beroperasi sebagai false-nine -- yang fokusnya lebih ke mengkreasikan kans dan turut memberikan tekanan ketika tim diserang.
Untuk peran yang disebutkan terakhir, Pukki juga berhasil melakukannya berkat stamina yang seperti tiada habis dan kecemerlangan membuka ruang. Musim lalu, 9 assist dan rata-rata 0,5 tekel, 0,2 intersep serta 0,3 sapuan sudah diciptakannya.
Pertanyaannya, bisakah Pukki melanjutkan tren positifnya di Premier League -- yang jelas lebih keras daripada Championship? Tantangan pertama Pukki dan Norwich adalah melawan Liverpool di Anfield, Sabtu (10/8/2019) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat, Liverpool merupakan tim dengan jumlah kebobolan terendah di Premier League musim lalu. Hadirnya Alisson Becker di pos penjaga gawang, dan Virgil van Dijk sebagai jenderal di lini belakang, membikin 'Si Merah' hanya kebobolan 22 gol. Menariknya, tantangan ini disambut senang hati oleh Pukki.
"Melawan Liverpool adalah pertandingan yang tepat untuk saya memulai musim ini. Apalagi, banyak anggota keluarga saya yang menggemari Liverpool, seperti ayah dan paman saya," ucap Pukki.
"Di Finlandia, saya bisa bilang Liverpool adalah tim yang terbesar. Di era 80-an, mereka menguasai televisi. Dan tentu saja, alasan lainnya karena legenda sepak bola Finlandia seperti Jari Litmanen dan Sami Hyypia sempat memperkuat Liverpool."
"Saya ingin mengetes diri saya melawan tim terbaik, dan saya memandang di laga inilah bakal terlihat tim seperti apa kami ini. Jelas, saya berharap bisa mencetak gol sebanyak musim lalu, tetapi Premier League lebih keras daripada Championship. Tetapi, saya berharap kami bisa memberikan kejutan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT