Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bengkel tempat Haringga Sirla bekerja tak terlalu ramai di akhir pekan. Hanya ada beberapa pelanggan, tetapi tampaknya tak begitu membuat sibuk si Tuan.
ADVERTISEMENT
Sehari-hari, Haringga bekerja untuk kakak iparnya yang membuka bengkel sepeda motor di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Karena itu, hubungan Haringga dengan kakak kandung serta iparnya sangat karib.
Pada Sabtu (22/9/2018) itu, Kakak kandung Haringga, Mayrisa Sirawati, datang ke bengkel pada siang hari. Risa--panggilan Mayrisa--tak datang sendiri, ia mengajak serta anaknya yang masih balita untuk menemani sang suami dan adiknya bekerja.
Sepinya bengkel membuat waktu bersantai lebih banyak. Haringga banyak bersenda gurau dan bercanda dengan anak kakaknya. Memang, menurut pengakuan Risa, Haringga sangat senang bermain dengan sang keponakan.
Di sela-sela aktivitas itu, Haringga dan Risa lantas mengobrol soal rencana jalan-jalan. Menurut Risa, ia dan Haringga memang sudah menyusun rencana untuk liburan bersama ke luar kota.
ADVERTISEMENT
"Besok Hari mau ke Bandung, Kak," ujar Risa menirukan ucapan Haringga, ketika berbincang dengan kumparan, di kediamannya di Cipondoh, Tangerang.
Risa mengaku tak tahu bahwa esok hari akan ada duel Persib Bandung vs Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
"Mau ngapain ke Bandung? Mending kita jalan, ke mana kek gitu," kata Risa menimpali.
Risa bersikukuh untuk mengajak adiknya pergi bersama. Ia bahkan rela mengganti ongkos tiket kereta yang sudah dibeli sang adik. Tetapi, sang adik tak mau. Niatnya untuk ke Bandung untuk menyaksikan Persija berlaga sudah tak bisa lagi dibendung.
"Hari sudah beli tiket kereta dan tiket nonton bola. Enggak enak juga sama teman sudah janjian. Hari juga mau jalan-jalan sama teman," ucap Risa mengenang obrolannya bersama Haringga.
ADVERTISEMENT
Risa memilih mengalah. Perbincangan diakhiri dengan keputusan Haringga tetap melangkah menuju Kota Kembang. Malam harinya, Risa mengisahkan bahwa Haringga pamit untuk bertemu temannya, Helmi. Belakangan, Risa mengetahui adiknya sempat mengajak Helmi, tetapi ditolak.
Namun, niat Haringga untuk menjalani awayday ke Bandung sudah bulat. Malamnya, Haringga tampak terlelap di kamarnya. Siloam, sang ayah, sedianya ingin menemai sang anak tidur, tetapi niatnya diurungkan karena takut menganggu.
"Saya tidur di ruang tengah, saya bangun dan masuk (ke ruangan dalam), tadinya mau tidur dekat dia, tapi saya lihat tidurnya enak betul. Saya jalan ke ruang tengah lagi karena enggak mau ganggu," kenang Siloam saat kami hubungi lewat sambungan telepon.
ADVERTISEMENT
Pagi tiba, Minggu (23/9), Haringga pergi ke Bandung, ia hanya berpamitan dengan ibunya, Mirah. Jadilah, Haringga menuju Bandung dengan menaiki kereta api. Sepengetahuan keluarga, Haringga berangkat seorang diri. Akan tetapi, belakangan diketahui ada rekannya yang menemani, yang biasa disapa 'Arab'.
Dalam perjalanan, Risa sempat menghubungi sang adik lewat pesan singkat.
"Minggu jam 10 pagi saya Whatsapp dia. Saya tanya, 'Hari kamu jadi berangkat ke Bandung?' Terus dia balas, 'Iya kak, ini sudah sampai'."
"Dia balas begitu. Saya enggak tahu kalau ternyata itu jadi Whatsapp terakhir saya sama dia," ucap Risa.
Di Bandung, Haringga hanya berdua dengan Arab. Sepak mula pertandingan Persija vs Persib yang baru dimulai pukul 15.30 WIB, membuat Haringga bisa bersantai. Semenjak siang, ia duduk-duduk sembari berfoto ria di sekitaran Stadion GBLA.
ADVERTISEMENT
Bermacam gaya swafoto dilakukan oleh Haringga. Salah satunya adalah menunjukkan simbol jempol telunjuk yang menjadi salam khas dari The Jakmania. Nahas, aksi itu dilihat oleh segelintir orang.
Seketika itu pula, Haringga langsung dicecar dan dimintai identitasnya. Kartu identitas Haringga direbut dan telepon genggamnya dibuka. Dari situlah mereka tahu Haringga merupakan Jakmania.
Tanpa komando, bogem mentah pun langsung didaratkan ke muka Haringga. Pria kelahiran tahun 1995 ini dihabisi massa yang hendak menyaksikan pertandingan Persib vs Persija. Nyawa Haringga tak bisa terselamatkan meski dia sempat kabur dan meminta pertolongan.
"Saya disuruh ke rumah (Cengkareng), saya kaget sudah ramai, ibu saya nangis-nangis. Tetangga sih enggak langsung bilang kondisi adik saya, cuma nyuruh saya untuk menghubungi Hari. Mereka bilang katanya Hari dikeroyok," ujar Risa.
Ketika itu, lokasi jenazah Haringga tak diketahui. Tetapi, berkat bantuan Jakmania lainnya, akhirnya diketahui jenazah Haringga berada di Rumah Sakit Sartika Asih, Bandung. Pihak keluarga memutuskan untuk membawa Haringga ke Indramayu, Jawa Barat, untuk disemayamkan.
ADVERTISEMENT
Sembilan bulan usai kejadian, rasa trauma dan sedih sulit hilang dari benak keluarga. Air mata Risa masih suka tumpah saat mengingat sosok adiknya yang periang. Malahan, Risa suka tak sadar bertanya kepada suami tentang Haringga yang memang satu tempat kerja dengannya.
"Sempat sesekali nyeplos 'kok Hari ga ikut (ke rumah), Yah?' Suami saya diam. Saya ngomong gitu enggak sadar," kata Risa.
Perasaan serupa hingga kini masih dirasakan Siloam. Ia yang kini pindah bersama istrinya dari Cengkareng ke Indramayu, mengaku masih sedih kala mengingat hari nahas yang menimpa anaknya. Lebih-lebih Mirah yang kerap menangis pada tiga bulan awal kepergian anaknya.
"Istri saya masih suka ingat dan sedih. Kalau saya sama, kadang kepikiran, tapi dibawa kegiatan saja biar tidak sedih. Tapi, kalau lagi bengong emang kepikiran juga," ucap Siloam.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, keluarga Haringga tak menyimpan dendam. Mereka sudah mengikhlaskan kepergian Haringga. Proses hukum juga sudah berjalan untuk 13 terdakwa pengeroyokan Haringga, dengan hukuman penjara selama 3,5 tahun hingga 9,5 tahun.
Dengan tegas, Siloam meminta baik Viking atau Jakmania untuk bisa merajut tali perdamaian. Khusus Jakmania, ia meminta apabila mendapati Viking yang hadir di Jakarta, cukup ditangkap dan diminta untuk pulang.
"Jangan sampai sesadis kaya apa yang dialami anak saya," ucapnya.
"Bolehlah kalau menonton dan mendukung hawanya panas, tapi kalau pertandingan habis, sudah akur lagi. Seperti pemainnya saja, di lapangan sikut sana, sikut sini, tapi pada akhirnya mereka salaman," kata Siloam.
Pesan mendalam disampaikan Risa kepada Viking dan Jakmania. Ia meminta tragedi yang menimpa Haringga bisa menjadi terakhir kalinya. Jangan sampai ada keluarga yang banjir air mata lagi karena kehilangan anggotanya, hanya karena berbeda identitas. Baginya, kemenangan dari suatu pertandingan, tak akan bermakna bila ada nyawa yang melayang.
ADVERTISEMENT
"Karena tidak ada artinya sebuah kemenangan dengan mengorbankan sebuah nyawa," ucap Risa.
***
Artikel ini pernah di-publish pada 9 Juli 2019. Kami sengaja kembali menaikkannya untuk memperingati dua tahun kepergian Haringga Sirla yang jatuh tepat pada Rabu (23/9) ini. Semoga tidak ada lagi nyawa yang terenggut sia-sia karena fanatisme buta segelintir suporter Indonesia.