Mengkritisi Shin Tae-yong: Masalah Pemilihan Pemain hingga Gagal di Piala AFF

24 Desember 2024 18:30 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shin Tae-yong saat latihan Timnas Indonesia jelang laga kualifikasi grup C babak ketiga Piala Dunia 2026 melawan Australia di Stadion Madya, Jakarta, Minggu (8/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Shin Tae-yong saat latihan Timnas Indonesia jelang laga kualifikasi grup C babak ketiga Piala Dunia 2026 melawan Australia di Stadion Madya, Jakarta, Minggu (8/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Shin Tae-yong telah membuat sejumlah pencapaian bagus bersama Timnas Indonesia senior dan U-23 sepanjang 2024. Namun, bukan berarti pelatih asal Korea Selatan itu bebas dari kritik.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang layak disorot dari Shin Tae-yong adalah pemilihan pemain. Itu terlihat di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia, Shin tidak pernah menurunkan 11 pemain starter yang sama dari 6 laga yang telah dijalani.
Misalnya saat melawan Bahrain, pemilihan Jordi Amat ketimbang Rizky Ridho sebagai starter menjadi pertanyaan. Sebab, Ridho bermain solid saat melawan Australia dan Arab Saudi, tetapi Shin Tae-yong lebih memilih Amat yang baru pulih dari cedera.
Ketika melawan China, Shin tiba-tiba memainkan dua pemain yang sudah cukup lama tidak menjadi starter, yakni Shayne Pattynama (bek kiri) dan Asnawi Mangkualam (bek kanan). Sebelumnya, mereka terakhir menjadi starter saat Ronde 2 di GBK pada Juni 2024, Pattynama saat melawan Irak dan Asnawi saat kontra Filipina.
Pemain Timnas Indonesia saat melawan Timnas China pada pertandingan Grup C Ronde Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Sepak Bola Remaja Qingdao, Qingdao, China, Selasa (15/10/2024). Foto: Florence Lo/REUTERS
Terlihat, Pattynama kurang efektif dalam bertahan dan membantu serangan di laga itu. Sementara, Asnawi kurang efektif dalam membantu penyerangan di sepertiga akhir.
ADVERTISEMENT
Shin Tae-yong juga tidak selalu menjadikan Thom Haye sebagai starter. Padahal, gelandang Almere City ini bisa memberikan perbedaan di lini tengah, utamanya dalam memberikan umpan-umpan kreatif untuk membantu serangan.
Satu hal lain yang membuat banyak orang bingung adalah sikapnya terhadap Eliano Reijnders. Pemain PEC Zwolle itu baru sekali dimainkan, yakni saat melawan Bahrain. Shin menilai Eliano belum cukup baik untuk Timnas Indonesia.
"Eliano tidak dapat masuk ke skuad karena menurut saya belum baik. Masih susah bagi dia [Eliano] untuk masuk ke skuad saat ini. Jadi saya memilih seperti itu [menepikannya dari DSP]," ucap Shin dalam konferensi pers pascalaga kontra Jepang.
Pemain Timnas Indonesia Mees Hilgers dan Eliano Reijnders mengikuti latihan di Stadion Kota Qingdao, China, Minggu (13/10/2024). Foto: PSSI
Arya Sinulingga selaku anggota Exco PSSI juga pernah mengkritisi hal tersebut. Ia menegaskan bahwa sejak awal, Shin Tae-yong yang meminta agar Eliano dinaturalisasi. Maka dari itu, pihaknya juga bingung kenapa kini pemain 24 tahun itu terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
"Kita juga enggak tahu, ya, bingung juga kita kenapa Shin Tae-yong memilih tidak ambil Eliano [di DSP], kita cukup bingung. Kalau ada yang bilang ini bukan pilihan Shin Tae-yong, enggak. Ini pilihan Shin Tae-yong," tegas Arya dalam wawancara eksklusif dengan kumparan beberapa waktu lalu.
Keputusan-keputusan pemanggilan pemain yang mengernyitkan jidat juga terlihat di Piala AFF 2024. Ia tidak memanggil pemain yang menonjol di Timnas U-20 seperti Jens Raven. Di sisi lain, ia selalu menurunkan pemain yang performanya kurang maksimal sebagai starter, seperti Arkhan Fikri.
Arkhan Fikri selalu diberi kesempatan starter oleh Shin. Namun, perannya di gelandang tak begitu menonjol.
Dalam mencegah serangan, Arkhan Fikri tak begitu tanggung. Dua sapuan dan dua tujuh tekel sukses jadi catatannya. Pemain Arema FC itu bahkan tak mencatat intersep dan cuma memenangi 17 duel.
ADVERTISEMENT
Dan bicara soal Piala AFF, perhelatan tahun 2024 menjadi penurunan pencapaian Shin di turnamen sepak bola Asia Tenggara itu. Pada debutnya di edisi 2020, ia membawa 'Garuda' sampai final, lalu menurun cuma sampai semifinal di edisi 2022, dan kini tidak lolos dari babak grup.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memegang trofi Piala AFF di Jakarta pada 2 November 2024. Foto: Azrumi El Ghazali/kumparan
Sedari awal, Piala AFF memang hanya menjadi ajang regenerasi, sehingga Shin dan PSSI sepakat untuk memprioritaskan pemain berusia di bawah 22 tahun yang bermain. Ini demi mencari skuad terbaik untuk SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23 yang digelar tahun depan.
Akan tetapi, sejumlah hasil minor dianggap telah mencoreng sepak bola Indonesia. Misalnya, ditahan Laos 3-3 dan ditekuk 0-1 Filipina. Semua terjadi di kandang dan keduanya baru kali ini terjadi dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
"Timnas ini diproyeksikan ke SEA Games 2025, sekaligus untuk mempertahankan medali emas. Karena tidak berhasil ke semifinal ajang ini yang kurang lebih persaingannya sama dengan SEA Games nanti, artinya, banyak hal harus segera dibenahi. Waktunya masih cukup. Setahun lagi. Jadi berbenahlah, terutama pelatih juga harus evaluasi," ungkap Erick Thohir usai lawan Filipina.
Satu hal lain yang juga dikritik dari Shin Tae-yong adalah kemampuan berbahasa. Ini dinilai sebagai salah satu faktor yang cukup berpengaruh di ruang ganti. Kendala perbedaan bahasa antara pemain Liga 1, abroad, dan para staf pelatih asal Korsel ini juga diakui oleh salah satu staf pelatih Timnas Indonesia, Cho Byung-kuk.
Jeong Seok Seo (Jeje) dan Shin Tae-yong di sesi latihan Timnas Indonesia senior di di Lapangan A, Senayan, Jakarta, pada 9 Oktober 2023. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan
"Bukannya para pemain berbicara aneh, tetapi saya menafsirkannya berbeda, jadi ada kalanya kami salah paham. Itulah mengapa sulit dan saya berhati-hati. Tapi karena semua pemain bersikap baik, sejauh ini belum ada masalah besar," kata Cho kepada media Korsel, Best Eleven.
ADVERTISEMENT
Masalah bahasa, Shin Tae-yong sudah beberapa kali mengaku ingin mengasah kemampuan Bahasa Indonesia. Itu bahkan diutarakannya sejak Desember 2019 atau saat belum lama ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia.
"Saya akan belajar sedikit-sedikit," terangnya kala itu di hadapan awak media di Jakarta.
Shin Tae-yong dihadapkan dengan jadwal krusial pada 2025. Ia ditargetkan harus mempertahankan medali emas SEA Games, meloloskan Timnas U-23 ke Piala Asia, dan membawa Timnas senior lolos dari Ronde 3. Masalah pemilihan pemain hingga kendala bahasa harus sudah diatasi demi meraih hasil maksimal.