Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Untuk itulah saya tertarik ketika mendapatkan kesempatan untuk terjun ke sepak bola. Berada di lingkaran dalam dan diamanahkan menjadi direktur utama PT Liga Indonesia Baru (LIB ), per medio Juni 2020 lalu.
Pertanyaan rekan atau orang dekat memang sempat menjadi pertimbangan atau bisa juga disebut sebagai gangguan. Apakah saya mampu berada di posisi tersebut? Apakah saya bisa beradaptasi dengan situasi sepak bola yang konon tidak pasti? Apakah saya bisa mengayomi kepentingan stakeholder sepak bola yang jumlahnya bejibun dan bermacam logika?
ADVERTISEMENT
Jujur, saya tak punya background manajerial di sepak bola nasional. Selama ini, cuma sebagai penonton dan penikmat. Tak lebih dari itu.
Namun, saya suka olahraga dan punya pengalaman mengelola ekosistem di sebuah cabang olahraga, yakni Formula 1 (F1). Pengalaman sebagai Presiden Indonesia Formula One Society (IFOS) pada 1999, dan pernah diundang oleh pengelola penyelenggara F1 dan beberapa sirkuit pada saat F1 diselenggarakan.
F1 sudah menjadi industri dan sepak bola di Indonesia juga sudah mulai menjadi industri. Fakta tersebut menjadi salah satu pijakan saya.
Lebih dari itu, saya juga memiliki pengalaman mengelola perusahaan yang bergerak di bidang IT. Setidaknya perusahaan yang sudah berstandar internasional. Karena itu pula, saya harapkan sepak bola di Indonesia ke depan bisa berjalan dengan berbasis IT.
ADVERTISEMENT
Berbekal itulah, saya niat dan berucap; Bismillah.
Dalam tahap awal, tak mulus. Saya harus masuk dalam situasi yang tak normal alias extraordinary. Pandemi COVID-19 yang terjangkit di negeri ini, per Maret 2020, kompetisi Liga 1 2020 yang baru bergulir tiga pekan, harus terhenti.
Idem ditto dengan Liga 2 2020. Baru menyelenggarakan beberapa laga, kompetisi Liga 2 2020 harus dihentikan dengan alasan yang sama. Tanpa kecuali.
Setelah melewati beberapa proses, sempat tersiar harapan besar kompetisi bisa digulirkan Oktober. Namun, harapan tak sesuai kenyataan.
Pada akhir September, perizinan untuk digulirkannya kompetisi, tidak turun jua. Berharap mundur sebulan kemudian, hasilnya sami mawon (sama saja).
Di situlah kesabaran, optimisme, ekspektasi, trust dari stakeholder, komunikasi dengan sponsor, media relationship, benar-benar ‘diuji.’ Benar-benar dipertaruhkan!
ADVERTISEMENT
Sekadar informasi, sejak diamanahkan mengelola PT LIB, berbagai upaya sesungguhnya sudah kami lakukan. Sebelum Oktober, atas arahan pengurus PSSI, saya dengan beberapa direksi LIB lainnya, menghadap beberapa pihak terkait. Terutama pihak-pihak yang langsung terkait dengan perizinan kompetisi.
Pada bulan Juli misalnya, kami menghadap Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sekda DIY, Sekda Sleman, dan Bupati Bantul. Kemudian pada bulan Agustus, kami menghadap Kapolda Jateng, Kapolda Jatim, hingga Dispora Jawa Timur. Bahkan, kami juga menghadap KaBaintelkam Polri dan Asops Kapolri.
Pada semua pertemuan tersebut, kami menjelaskan bahwa kompetisi digelar tanpa penonton dan dipusatkan di Pulau Jawa. Artinya, ketakutan risiko bahwa sepak bola akan menjadi klaster baru dalam penyebaran virus COVID-19, kecil kemungkinan terjadi. Lebih dari itu, rekomendasi bahwa liga dapat berjalan sudah dikeluarkan oleh Satgas COVID-19 ke PSSI.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, saya tetap berkomunikasi dengan seluruh karyawan LIB. Bagaimana pun, aktivitas yang menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai operator kompetisi, harus tetap dilakukan.
Contohnya, dibuat jadwal kompetisi yang menyesuaikan kondisi, komunikasi intensif dengan klub tetap dilangsungkan, harus ada regulasi baru atau peraturan dalam pertandingan yang disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19, dan masih ada kegiatan lainnya.
Namun, sekali lagi, perizinan itu tetap sulit untuk didapatkan.
Di sinilah kegalauan itu sempat muncul. Mengelola sepak bola memang sangat tinggi turbulensinya. Banyak dinamika yang harus dipelajari secara hati-hati, jeli, cermat dan mempertimbangkan segala risikonya. Sangat berbeda jauh dengan bidang IT yang saya tangani selama 15 tahun terakhir.
Beruntung, keluarga sangat mendukung. Terutama dari ibu dan istri.
ADVERTISEMENT
Nasihat ibu, “Jalankan sebaik-baiknya dengan benar sesuai harapan semua orang dan sediakan sabar sebanyak mungkin.”
Dukungan moril yang terkesan sederhana. Normatif. Tapi, buat saya, di tengah situasi pandemi COVID-19, kalimat itu sarat makna.
Saya pun tetap melanjutkan misi. Pantang untuk mundur. Meski belum ada lampu hijau hingga hari ini, saya tetap menjalankan amanah seperti biasanya. Akan tetap melakukan langkah apa pun agar kompetisi segera bergulir.
Saat ini, kami terus berkoordinasi dan berkomunikasi hampir setiap hari dengan pihak terkait. Terutama dari pihak kepolisian.
Sementara imbauan ke semua karyawan LIB tetap sama. Semua tugas dan tanggungjawab setiap departemen, harus sesuai dengan kondisi. Dan, harus sigap, peka, tanggap, dan cepat merespons setiap situasi dan perkembangan.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk media dan public relationship, kami sudah mewujudkan program yang telah kami rancang per Juni lalu, selain kampanye Dukung Dari Rumah dan Tetap Jaga Kesehatan, LIB juga memunculkan podcast yang bertajuk Libero Podcast. Isinya, tentu saja akan membahas banyak hal yang berkaitan dengan sepak bola nasional dengan segala turunannya.
Per awal November, Libero Podcast mengudara. Dari program ini kami berharap publik lebih paham dengan sisi lain sepak bola Indonesia. Tentu, dari sudut pandang yang berbeda, menarik dan mencerdaskan.
Contohnya, kupasan tentang dinamika sepak bola di tengah pandemi COVID-19. Kami telah dan akan mengupasnya dari sudut pandang klub, pemain, federasi, suporter, pemerhati dan pecinta sepak bola nasional, hingga tenaga medis yang terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan kompetisi.
ADVERTISEMENT
Semua usaha dan kebijakan yang telah kami lakukan di atas, sejatinya bermuara pada satu prinsip: PT LIB adalah satu-satunya operator kompetisi sepak bola profesional di Indonesia dan wajib hukumnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholder dan ekosistem sepak bola nasional.
Termasuk di antaranya federasi, suporter, klub, pemain, wasit, pemerintah, dan semua yang terlibat. Dan, dari pembicaraan rutin yang kami lakukan, para stakeholder itu berharap kompetisi tak terhenti di tengah pandemi.
Vox populi, vox dei; suara rakyat adalah suara Tuhan.
Semoga.
Ir. Akhmad Hadian Lukita MBA, QWP
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB)