Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Langkah terbilang berani--kalau tak mau disebut berjudi--diambil Bali United dengan mengambil alih pengelolaan Stadion Kapten I Wayan Dipta. Karena, di sepak bola Indonesia, apa yang dilakukan 'Serdadu Tridatu' sebelumnya tak pernah terpikirkan, apalagi dilakukan.
ADVERTISEMENT
Hampir seluruh klub sepak bola Tanah Air menumpang di stadion milik pemerintah daerah setempat. Mereka hanya cukup membayar sewa yang dihitung per pertandingan. Mekanisme itu dianggap lebih sederhana karena klub tak perlu memikirkan perawatan stadion yang begitu kompleks dan mahal.
Namun, Bali United memiliki pandangan berbeda. Meski perawatan stadion mahal, dengan pengelolaan sendiri yang mereka lakukan, keuntungan yang didapat dari Wayan Dipta pun akan masuk ke kocek mereka.
Hak pengelolaan Wayan Dipta berpindah tangan ke Bali United sejak 2017. Semenjak saat itu pula, wajah stadion yang berlokasi di Desa Buruan, Kec. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar itu bersolek.
Perlahan tapi pasti, Wayan Dipta yang semula tampak kusam, berubah menjadi lebih berwarna. Tak hanya memperbaiki lapangan, penerangan, dan ruang ganti, selama tiga tahun ini, manajemen Bali United juga membangun fasilitas penunjang lainnya.
ADVERTISEMENT
Di bawah komando kakak-adik Pieter dan Yabes Tanuri, Wayan Dipta dibuat sebagai stadion berkonsep one stop service. Jadilah, stadion berkapasitas 23 ribu penonton itu dilengkapi kafe, zona permainan anak, dan toko merchandise resmi.
Langkah Bali United tampaknya mulai menular ke tim lainnya. Adalah Madura United yang kini memiliki hak kelola atas Stadion Gelora Ratu Pamelingan selama lima tahun lamanya sejak tahun ini. Rencananya, Madura United akan mengembangkan stadion ini sehingga kelak bisa memenuhi standar Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Sebelum Madura United, sejatinya Persib Bandung telah lebih dulu melemparkan rencana pengelolaan jangka panjang Stadion Gelora Bung Karno (GBLA). Akan tetapi, niatan manajemen 'Maung Bandung' untuk mengelola sendiri GBLA tampaknya masih jauh dari kenyataan.
ADVERTISEMENT
Persib bukannya tak berani meniru langkaha Bali United dan Madura United, tetapi mereka mundur teratur melihat kondisi GBLA yang terbengkalai. Siapa yang mau mengelola stadion remuk redam begitu?
Setelah diresmikan pada 2014, Persib resmi berkandang di GBLA pada Juli 2016. Sudah lebih dari tiga musim lamanya tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini. Hingga akhirnya Persib terusir dari GBLA menyusul sanksi dari Komisi Disiplin Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI) untuk menggelar laga kandang di luar Pulau Jawa pada Liga 1 2018.
Hukuman itu merupakan buntut dari tewasnya suporter Persija, Haringga Sirla, di sekitaran GBLA ketika Persib menghadapi Persija pada 23 September 2018. Berarti, sudah hampir 10 bulan GBLA tak terjamah oleh Bobotoh, hingga akhirnya terbengkalai seperti sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar, mengaku pihaknya siap mengambil alih pengelolaan GBLA. Akan tetapi, PT PBB harus hati-hati dalam melangkah mengingat kondisi GBLA yang rentan akan kerusakan.
"Kami siap untuk mengelola tapi dilihat dulu bangunannya, konstruksinya dilihat lagi, sesuai enggak. Kalo enggak sesuai nanti rugi juga buat PT (PBB)," ujar Umuh.
Permasalahan GBLA sejatinya lumayan pelik. Bukan hanya bangunan fisik yang rusak, melainkan juga tanahnya yang amblas. Pada 2015 silam, Komjen Budi Waseso yang kala itu menjabat Kabareskrim sempat melakukan tinjauan langsung terhadap kondisi GBLA. Setelah dilakukan pemeriksaan konstruksi dan struktur bangunan, tanah di atas stadion dan sekitarnya tersebut amblas sedalam 75 centimeter.
ADVERTISEMENT
"Ini (soal pengelolaan) belum jelas semuanya, ya. Mungkin nanti keputusannya nunggu Pak Glenn (Sugita, Direktur Utama PT PBB). Pak Glenn bilang masih harus diperiksa dulu semua bangunannya. Kalau itu sudah OK dan tak ada masalah, PT juga siap untuk ikut mengelola bersama Pemkot," kata Umuh yang juga merupakan manajer Persib ini.
Dengan kondisi demikian, lanjut Umuh, Persib tidak mau gegabah dalam mengambil alih pengelolaan GBLA. Menurutnya, manajemen sudah melakukan penghitungan matang, termasuk perkara konstruksi stadion yang dianggap rusak karena pengaruh tanah yang amblas.
Umuh juga mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung agar tidak malu meminta bantuan kepada PT PBB ataupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat jika mengalami kesulitan dalam mengelola GBLA.
ADVERTISEMENT
"Masukan saya, (GBLA) ini 'kan memang dulu dari Pemkot ya, dan sekarang ini terbengkalai. Kalau Pemkotnya tidak siap karena biaya perawatan mahal, tiap bulan untuk listrik, untuk pegawai, berikan aja ke Pemprov. Ayo kerja sama, karena bagaimanapun juga ini (GBLA) punya orang Jawa Barat, bukan Bandung saja," ujar Umuh.
"Mungkin Pemkot memang kewalahan biaya (perawatan). Itu 'kan pasti biayanya banyak. Serahkan saja ke Pemprov, atau nanti kerja sama dengan PT (PBB). Jadi biar nanti bareng-bareng, nanti kalau ada keuntungan bagi dua, kalau ada kerugian itu jadi tanggung jawab PT atau Provinsi," katanya.
Terkait keinginan Persib untuk mengelola GBLA, Pemkot Bandung tidak menutup pintu. Bahkan, Pemkot Bandung juga mengungkapkan bahwa pihak swasta lain bisa jadi pengelola stadion berkapasitas 38.000 ini. Proses tender akan dilakukan bagi pihak ketiga yang ingin mengelola GBLA.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma tender, Pemkot Bandung juga akan menyelesaikan dulu urusan serah terima aset GBLA yang belum selesai dari PT Adhi Karya selaku kontraktor. Jika itu semua selesai, baru Pemkot bisa menggandeng pihak ketiga soal pengelolaan stadion ini.
"Prinsipnya gini, Pemkot meyakinkan masyarakat, GBLA ini bisa dimanfaatkan secara aman nyaman, dan mudah-mudahan kalau kita lihat strukturnya ini (GBLA) mungkin masuk standar FIFA," kata Wakil Walikota Bandung, Yana Mulyana.
"Tempat ganti pakaiannya cukup, kapasitas, infrastruktur, itu tinggal kita tingkatkan. Saya 'kan Ketua PSSI Kota (Asosiasi Kota) Bandung, punya kepentingan juga untuk GBLA agar bisa digunakan oleh Persib, termasuk bibit muda pesepak bola Bandung," tandasnya.