Raphael Varane, Senior yang Sangat Berpengaruh di Ruang Ganti Timnas Prancis

Pemain Prancis Raphael Varane setelah mengalami cedera saat pertandingan menghadapi Spanyol di Stadion San Siro, Milan, Italia, Minggu (10/10). Foto: Alberto Lingria/REUTERS

Raphael Varane kedapatan memberikan pidato yang berapi-api setelah Timnas Prancis sukses menumbangkan Polandia 3-1 pada 4 Desember lalu. Itu dilakukan dengan tujuan membakar semangat rekan-rekannya agar bisa melangkah lebih jauh di Piala Dunia 2022. Itu juga membuktikan kehadiran Varane sangat vital.

Pemain Manchester United (MU) itu memang bukan seorang kapten di skuad Les Blues. Namun, ia sukses membuat rekan-rekannya bangkit saat turun minum di laga kontra Polandia. Hal tersebut dilakukan sebab Varane menilai anak asuh Didier Deschamps kurang semangat dalam menyerang.

"Rekan-rekan, penampilan tadi itu bukan seperti kita. Itu bukan pola pikir yang biasa kita perjuangan satu sama lain saat kita saling memandang. Kita kehilangan bola sebanyak 2-3 kali dan mulai menundukkan kepala, penampilan seperti apa itu?" tutur Varane, dikutip dari SportBible.

"Ingat bahwa pola pikir kita bukan seperti itu. Kita adalah petarung yang pertama dan terkemuka. Kita harus berjuang satu sama lain. Sialan! Ini kesempatan emas, jangan egois. Ini adalah tim. Kita sedang perang sehingga membutuhkan semua orang," tambah bek berusia 29 tahun ini.

Pemain Timnas Prancis Raphael Varane berebut bola dengan pemain Timnas Tunisia Ben Slimane pada pertandingan Grup D Piala Dunia 2022 Qatar di Education City Stadium, Al Rayyan, Qatar. Foto: Siphiwe Sibeko/REUTERS

Seluruh penggawa Prancis terlihat benar-benar serius mendengarkan nasihat yang berapi-api dari Raphael Varane. Pada akhirnya, Les Blues sukses menambahkan pundi-pundi gol di babak kedua sehingga laga berakhir dengan skor 3-1.

Varane adalah jantung pertahanan Timnas Prancis. Sejauh ini, ia telah mengoleksi 91 caps bersama Les Blues, sejak melakukan debut pada awal tahun 2013 silam.

Penggawa MU itu sebenarnya terancam absen di Piala Dunia tahun ini sebab masalah paha yang dideritanya sejak bulan Oktober. Namun, ia sukses bangkit dan sembuh sehingga mengantarkan Prancis ke partai puncak.

Sayang, armada Deschamps gagal melakukan back-to-back sebab harus mengakui keunggulan Argentina via adu penalti pada Minggu (18/12). Momen itu terjadi setelah kedua tim bermain sama kuat hingga babak tambahan dengan skor 3-3.

Penulis: Hamas Nurhan R T