Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Baku hantam antartim tersebut, tak jarang menjadi literal: pipi ketemu bogem, dahi ketemu dahi, sikut ketemu perut, bahkan kaki ketemu kepala lawan.
Yang agak tak biasa adalah, jika bogem, dahi, sikut, dan sepakan itu berasal dan menuju pemain dalam seragam yang sama—alias rekan setim sendiri.
Malam (7/7) dini hari tadi, Son Heung-min ribut Hugo Lloris saat Tottenham Hotspur menjamu Everton. Awalnya saling berbagi teriak, saling dorong jadi tak terhindarkan. Lucunya, Jose Mourinho, pelatih mereka, malah senang dengan kelakuan dua pemainnya itu.
Yang pasti, seteru dua pemain setim itu bukanlah yang pertama dan mustahil jadi yang terakhir dalam pertandingan sepak bola. Kalau mau menengok beberapa tahun ke belakang saja, aksi serupa terjadi berkali-kali.
ADVERTISEMENT
Masih ingat dengan berbagai kejadian ini?
Assou-Ekotto vs Moukandjo, Kamerun
Berlaga di Piala Dunia seringkali jadi titik kulminasi keberhasilan sepak bola sebuah negara. Ia tak hanya jadi capaian olah raga, namun tak jarang jadi perwujudan dan pertunjukan nilai-nilai yang diaku sebuah bangsa ke dunia internasional.
Agaknya, Benoit Assou-Ekotto dan Benjamin Moukandjo lupa akan hal itu. Berpentas di Piala Dunia 2014 saat melawan Kroasia. Sudah hanya bermain 10 orang setelah Alex Song dikartu merah sebelumnya, ribut di antara keduanya justru tak terhindarkan.
Keduanya adu mulut, saling tanduk, yang kemudian berlanjut dengan aksi saling dorong sebelum Pierre Webo memisahkan.
Setelah pertandingan, Assou-Ekotto menjelaskan friksi keduanya sudah dimulai pada pertandingan Kamerun sebelumnya, saat melawan Meksiko.
ADVERTISEMENT
Sebabnya sepele, Assou-Ekotto minta passing dan tidak diberi dan Moukandjo malah kehilangan bola. Saat kejadian tersebut berulang di pertandingan lawan Kroasia, mantan bek kiri Tottenham Hotspur itu muntab. Katanya, aku tak akan marah kalau skor masih 0-0.
"Keesokan harinya aku bertemu Moukandjo dan kami bersalaman. Hal seperti itu memang terjadi di sepak bola," kata Assou-Ekotto ke Independent.
Pablo Osvaldo vs Mauro Icardi
Dua striker. Sama-sama ingin mencetak gol. Satu meminta operan dari yang lain. Tak dikasih. Ribut.
Typical.
Hal tersebut terjadi pula pada Osvaldo dan Icardi saat keduanya membela Inter Milan pada 2015. Pada laga melawan Juventus, dalam sebuah serangan balik, Icardi tak memberi operan ke Osvaldo dan malah menembak bola sendiri. Mending kalau gol, bola malah terbang ke angkasa.
Cek-cok tak terhindarkan meski tak sampai baku hantam. Freddy Guarin ada di sana untuk melerai keduanya.
ADVERTISEMENT
Beberapa saat setelah pertandingan, Icardi minta maaf. "Aku salah, seharusnya aku oper ke Osvaldo, tapi aku melihat celah waktu itu," katanya seperti dikutip dari Goal.com.
"Hal seperti ini terjadi di lapangan dan sekarang baik-baik saja," ujar Icardi lagi. Typical.
Michael Ballack vs Lukas Podolski
Pada kualifikasi Piala Dunia 2010, dua pemain tumpuan Jerman Ballack dan Podolski terlihat ribut-ribut saat melawan Timnas Wales. Situasi terjadi ketika mereka sudah unggul 2-0 berkat gol Ballack dan gol bunuh diri Ashley Williams.
Pada menit 67, Ballack mendekati Podolski dan memberinya semangkuk penuh instruksi di lapangan. Podolski yang terlihat tak terima malah menampar pipi sang Kapten. Media Jerman pun ribut dengan kelakuan dua punggawanya.
ADVERTISEMENT
"Tak ada yang bisa membunuhku," canda Ballack soal tamparan pemainnya itu. "Yah, hal seperti ini terjadi di sepak bola."
"Lukas masih harus banyak belajar. Jika dia punya argumen berbeda, maka kami bisa berdiskusi di luar lapangan. Tapi dia harus menerima keputusan kapten dan tidak seharusnya melakukan tindakan fisik," ujar Ballack seperti diberitakan Reuters.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .