Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba, Eduardo Perez diperkenalkan ke publik sebagai pelatih kepala baru 'Super Elang Jawa'. Sontak, suporter yang kecewa terhadap manuver transfer manajemen bergerak.
Sejumlah kelompok suporter memperjuangkan Seto untuk tetap berada di kursi pelatih PSS. Spanduk bertuliskan “In Seto We Trust” terbentang di depan kantor PT Putra Sleman Sembada—perusahaan yang menaungi PSS.
Suporter menganggap Seto berhasil membawa PSS berprestasi. Slemania salah satunya; mereka tak rela Seto pergi dan berinisiatif mendatangi pelatih 45 tahun itu untuk mengetahui alasan sebenarnya. Sesi tanya-jawab dengan Seto itu tertuang dalam kanal YouTube mereka (Anda bisa menyaksikan wawancara lengkapnya di akun YouTube Slemania ).
Berikut curahan hati Seto soal polemiknya dengan manajemen Super Elang Jawa.
Memang Seperti Apa Negoasiasi dengan Manajemen Sehingga Akhirnya Buntu?
ADVERTISEMENT
Menurut versi saya, saya tidak tahu versi dari manajemen, tentunya saya bercerita apa adanya. Sebelum kompetisi berakhir, sekitar lima pertandingan sebelum selesai, kami bertemu. Ada sedikit evaluasi juga.
Saya memiliki rekomendasi beberapa pemain. Saya sudah juga memberikan evaluasi tahun 2019 bahwa tim butuh lapangan latihan dan mes representatif. Jauh hari sudah saya berikan solusi itu untuk manajemen biar persiapan biar lebih matang.
Selesai kompetisi ada beberapa kali pertemuan juga. Namun, di beberapa pertemuan belum menyebut nominal. Pertemuan pertama sampai terakhir itu hanya berbicara keinginan staf dan manajer terbentuk dulu. Biar punya satu visi dan misi sama. Jadi, bisa berembuk tim ini mau dibawa ke mana.
Dalam perjalanannya, Sabtu (11/1/2020) sudah bicara nominal, tapi manajer belum juga ada. Tidak terlalu besar kenaikan saya, hanya 50% dari gaji sebelumnya. Menurut saya itu wajar dengan catatan target dari manajemen tercapai. Apalagi saya masuk nominasi asisten pelatih Timnas.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, ada CEO (Fatih Chabanto) dan jajaran direksi juga. Namun, mereka belum bisa memutuskan. Akhirnya, Senin (13/1/2020) siang kami ketemu lagi. CEO kali ini tidak ada. Saya ketemu Pak Soekeno (Komisaris Utama PT PSS), Pak Hempri (Suyatna), Pak Yoni (Arseto), dan Pak Teguh (Wahono). Direktur Pak Yoni bicara bahwa PT hanya bisa menaikkan gaji 30%.
Oke, setelah itu saya ingin meminta pertimbangan keluarga dulu. Selasa (14/1/2020) malam saya ketemu Pak Soekeno. Saya pikir akan membahas itu (kontrak). Ternyata yang dibahas bukan nominal, tapi masalah lain. Waktu itu yang saya tangkap ketika mau pamit pulang, manajemen tidak ada keputusan. Lalu, saya meminta biar bisa menjalin komunikasi dengan klub lain.
ADVERTISEMENT
Selama ini ‘kan tidak pernah komunikasi dengan klub lain karena prioritas saya PSS. Sampai saat ini juga belum ada.
Namun, tidak ada pembicaraan soal nominal. Pembicaraan diberhentikan atau tidak juga tidak ada. Tiba-tiba, tanpa diberitahu, saya tahunya dari media sosial dan teman-teman, PSS sudah mengumumkan lewat konferensi pers (bahwa mereka menunjuk) pelatih baru.
Memang Pertemuan Terakhir Membicarakan Apa?
Pertemuan terakhir itu tidak membahas kontrak. Dia (Pak Soekeno) menceritakan adanya investor dan lainnya. Yang saya pikirkan kami deal masalah harga, ternyata tidak. Yang sudah saya sebut tadi, sambil pamit saya bilang apakah boleh komunikasi dengan klub lain? Pak Soekeno bilang... Oke, tidak masalah.
Kalau PSS tidak deal, baru saya akan cari tim lain. Sebenarnya tidak buntu negosiasi. Kalau masalah nominal bisa dibicarakan.
ADVERTISEMENT
Nominal yang saya sebutkan tidak sebesar kontrak Alfonso (De La Cruz). Padahal, pemain itu tidak saya rekomendasikan. Namun, manajemen berani mengontrak sebegitu semahal itu.
Logikanya begitu. Saya tidak tahu kenapa begini. Manajemen yang tahu.
Apakah suara saya yang keras menyampaikan tentang manajemen di media yang menjadi alasan (didepak). Menurut saya wajar karena saya memperjuangkan tim dan pemain untuk berprestasi. Kalau itu (vokalnya saya) menjadi alasan, saya tidak masalah.
Prinsip saya, sih, saya akan bicara keras, tapi jujur. Daripada bicara lemah lembut, tapi bohong.
Berarti Bukan soal Finansial?
Saya tidak tahu secara pasti keterbatasan yang dimaksud. Mungkin menyangkut finansial. Namun, balik lagi tentang Alfonso. Logika ‘kan seperti itu.
Saya intens bertemu manajemen. Mereka tahu apa yang saya inginkan. Namun, belum ada keputusan. Feeling saya CEO sebetulnya mau mengiyakan karena masuk nominalnya masuk...
ADVERTISEMENT
Mungkin, (ya), tapi saya enggak tahu.
Sekarang Bagaimana Perasaan Anda?
Sebenarnya saya merasa plong sekarnag. Sebelum ada konferensi pers pengenalan pelatih baru, saya banyak berpikir dan membuat sedikit stres. Saya bertahan atau ke tempat lain. Kalau di PSS ke depannya, bakal seperti tahun lalu dan situasi bisa lebih buruk, atau mungkin bisa berprestasi.
Dengan tim lain pun belum jelas sama sekali. Masih buta dan belum tahu mau ke mana. Itu bikin stres juga, tapi pilihan saya utama di PSS. Selain dukungan keluarga yang mau saya tetap di sini. Ada pertimbangan lain. PSS itu rumah yang membesarkan saya.
Ya, setelah konferensi pers itu justru saya plong. Apa yang bergejolak di pikiran saya selesai. Ini keputusan manajemen bukan saya. Berarti saya boleh pergi. Saya tinggal mengambil sikap ke depan.
ADVERTISEMENT
Memang, sampai saat ini belum ada komunikasi dengan tim lain. Teman-teman bilang saya harus berjuang dulu, jangan tim lain.
Bagi saya, jangan berjuang buat saya, tapi buat PSS. Saya hanya bagian dari PSS untuk membesarkan nama ini.
Bagaimana Kesan Anda Setelah Berada dalam Kondisi Seperti Ini?
Seperti dua sisi mata uang. Penyampaian manajemen kenapa seperti ini. Mungkin manajemen maunya seperti itu. Buat saya ini dinamika sepak bola. Saya tahu risiko menjadi pelatih, kadang dipuji, kadang dicemooh, kadang dipecat, kadang dipertahankan.
Risiko itu sudah saya tanamkan dari dulu. Cuma yang saya tekankan itu caranya manajemen.
Perpisahan ini menyisakan sesuatu mendalam. Hubungan saya dengan pemain yang begitu luar biasa. Hubungan saya dengan suporter.
ADVERTISEMENT
Saya merasakan ada ikatan luar biasa dengan suporter. Sampai detik ini suporter masih memperjuangkan saya dan ini tidak akan terlupakan. Terima kasih suporter.
Antara sedih di satu sisi karena berpisah dengan cara seperti ini dan sedih berpisah dengan suporter serta pemain.
Apa Pesan Anda buat Pemain?
Kami komunikasi. Mereka ingin bertahan karena ada saya. Saran saya, sih, tetap berjuang buat PSS.
Siapa pun yang terlibat nanti, tunjukkan pemain punya dedikasi buat PSS. Perjalanan masih panjang. Tetap berjuang buat PSS dan jadikan tim lebih besar. Harapannya, tidak atau adanya saya, pemain harus tetap berjuang buat tim.
Apa Pesan Anda buat Suporter?
Saya terima kasih kepada suporter. Sebegitu besarnya berjuang untuk saya. Saya bilang pakai akal sehat, hati panas tapi pikiran dingin. Jangan berjuang buat saya, tapi buat PSS.
ADVERTISEMENT
Tidak tahu ke depannya apakah saya bisa membaut PSS lebih besar atau tidak. Itu rahasia Illahi. Buat teman suporter, tahun 2019 luar biasa. Dua tahun terakhir, saya sudah tahun kelima di PSS, Perjalanan panjang luar biasa. Tahun terakhir menyimpan sejarah buat saya.
Tahun 2020 juga luar biasa. Saya pikir salah satu suporter yang membela pelatihnya cuma ini.
Mungkin sebagai profesional bisa pergi dari sini ke mana saja. Buat saya profesional, di mana pun bekerja, saya akan maksimal.
Selama di PSS, hati nurani saya buat PSS. itu yang utama.
Tetaplah teman suporter bejuang buat PSS. Jangan pindah ke lain hati.
Soal Pergerakan Suporter yang Memperjuangkan Anda?
Kalau sampai perjuangan suporter ini berhasil, saya apresiasi. Namun, kompetisi semakin mepet.
ADVERTISEMENT
Apakah dengan waktu yang ada saya mampu? Belum bisa saya janjikan. Saya apresiasi perjuangan suporter.
Saya lihat bagimana ke depan apakah dilibatkan lagi atau tidak. Doa saya pribadi buat PSS supaya menjadi tim besar dan melegenda. Menjadi tim yang sangat disegani. Itu perlu proses dan waktu.
Secara logika persiapan pendek. Belum lagi ada pramusim. Persiapan pasti terganggu.
Kalaupun saya mengiyakan (menjadi pelatih kembali) itu karena perjuangan suporter. Kedua, alasan keluarga pastinya.
Kalau perjuangan membuahkan hasil dan saya bertahan, saya akan berdedikasi buat buat suporter. Kita tunggu kisah selanjutnya.