Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Fuad Naji dan Yovan Loveindo Restu berkunjung ke Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada Kamis (28/11/2019). Dua suporter Indonesia yang menjadi korban pengeroyokan oleh oknum pendukung Malaysia itu ditemani mediator, Darius Sinathrya, dan tim kuasa hukum.
ADVERTISEMENT
Kedatangan mereka disambut Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora), Gatot S. Dewo Broto.
“Saya pribadi sudah bertemu Fuad hari Minggu (24/11/2019). Kalau Yovan baru bertemu hari ini. Awalnya mau disambut Pak Menteri (Zainudin Amali, Red), tapi beliau sedang ada acara lain. Saya ditugaskan untuk menerima tamu tanpa mengurangi rasa hormat,” tutur Gatot.
Pertemuan itu kembali mengetuk pintu pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut hingga tuntas. Di tengah kesibukan mengurus SEA Games 2019, Kemenpora tak boleh melepaskan perhatian buat kedua korban.
“Masalah hukum harus terus berjalan. Jangan sampai pemerintah mengesampingkan. Apa yang kami lakukan ini adalah bukti tanggung jawab negara. kami juga sudah berkoordinasi dengan pejabat di Malaysia untuk memastikan nasib Fuad dan Yovan,” kata Gatot.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, Kemenpora tidak akan terlibat jikalau kasus ini hanya insiden kriminal biasa. Namun, status Fuad dan Yovan sebagai suporter timnas Indonesia layak menjadi sorotan Kemenpora.
Kehadiran kedua korban juga dalam rangka meminta Kemenpora untuk membawa kasus ini tetap ke persoalan olahraga, tidak cuma berkaitan dengan kriminal dan hubungan Indonesia-Malaysia. Pendapat itu dimaksudkan agar rivalitas suporter Indonesia-Malaysia bisa mendingin.
Masalahnya, Menteri Belia dan Sukan Malaysia, Syed Saddiq, hingga kini menggulirkan wacana bahwa insiden tersebut tak berkaitan dengan sepak bola.
“Kami ingin mendorong Kemenpora untuk melihat kasus ini sebagai insiden sepak bola. Soalnya, pemerintah dan federasi sepak bola Malaysia (FAM) menjauhkan dari ranah sepak bola. Padahal, jelas yang menjadi korban suporter, video yang tersebar juga terlihat. Harus segera selesai kasus ini biar tidak ada aksi balasan. Kami minta Kemenpora menargetkan kapan bisa selesai,” tutur Darius.
ADVERTISEMENT
Pihak Kemenpora sepakat. Tanggapan pemerintah Malaysia dan FAM juga membuat Kemenpora kecewa.
Tak cuma wacana yang disampaikan Syed Saddiq, Gatot menilai Malaysia tidak tahu tata krama berhubungan antarnegara. Hingga berita ini diturunkan belum ada satu nota protes pemerintah Indonesia yang dibalas pihak Negeri Jiran.
“Saya sampaikan ke Pak Menpora soal permintaan maaf Syed lewat media sosial. Itu sah sebetulnya karena mereka juga menjunjung Undang-Undang ITE. Namun, dari tata krama itu salah. Jangankan surat protes kami, protes dari KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) atau Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) juga belum direspons,” ujar Gatot.
Kegeraman Kemenpora tak berhenti di situ. Gatot menuturkan hingga saat ini belum ada perkembangan soal investigasi kasus pengeroyokan yang sudah dijanjikan pemerintah Malaysia.
ADVERTISEMENT
Tak heran Kemenpora terus-menerus berkomunikasi dengan KBRI dan Kemenlu untuk memantau penyelesaian kasus.
“Menteri Belia dan Sukan Malaysia sudah menjamin investigasi. Rilis Polis Diraja Malaysia (PDRM) juga menyampaikan hal serupa. Namun, sampai saat ini tidak ada perkembangan. Saya tanya ke KBRI, mereka bilang masih berjalan,” kata Gatot.
Kemenpora menyiapkan langkah lanjutan. Komunikasi Kemenpora dengan Kemenlu membahas kemudahan pemberangkatan Fuad dan Yovan bila suatu hari diminta menjadi saksi korban di Malaysia.
“Rencana keberangkatan ke Kuala Lumpur akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak Kemenlu. Di sana ada Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia. Kapannya belum tahu. Kami berharap masalah ini cepat selesai karena tak ingin insiden ini makin panas dan malah jadi berbalas-balasan,” ujar Gatot.
ADVERTISEMENT
Kemenlu dan Kemenpora bersedia sibuk demi langkah hukum Fuad dan Yovan. Menariknya, PSSI belum berinisiatif mengayomi korban. Padahal, keduanya merupakan suporter Timnas yang seharusnya menjadi fokus federasi.