Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
'This Charming Man': Pellegrini dan Jalan Panjangnya Menuju Kesuksesan
8 Agustus 2018 21:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Manuel Pellegrini menerima kabar pemecatan dari Real Madrid di saat yang tak pernah ia duga: lewat telepon dan terjadi saat ia tengah mengobrol dengan kawan dekatnya untuk membicarakan bidang yang ia suka.
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari di Mei 2010, Pellegrini mengadakan pertemuan dengan kawan dekatnya yang juga pemilik galeri seni Reina Sofia, Manuel Borja-Villel, hari itu, mereka membicarakan tentang seni kontemporer.
Di tengah percakapan, telepon genggam Pellegrini berbunyi. Saat pembicaraan berakhir, ia hanya berkata, “Aku dipecat oleh Real Madrid.” Menurut Borja-Villel, tak ada reaksi lebih dari kawannya saat itu dan mereka melanjutkan topik obrolan.
***
Ada sebuah video di YouTube mengenai Manuel Pellegrini di Manchester City. Meski video tersebut berkisah tentang kedatangan Pellegrini di Manchester, tampak bagaimana ia amat bersahaja dan mudah melempar senyum ke orang baru.
“Senang bertemu denganmu”, “Semoga kita bisa bekerja sama”, dan “Aku harap kamu bisa membantuku” amat sering keluar dari mulut Pellegrini. Pun demikian dengan guyonan dan tepuk pundak yang tak jarang ia lepaskan dengan orang dengan penampilan lebih muda.
ADVERTISEMENT
Video tersebut bermula dari kedatangan Pellegrini di Manchester Airport. Sambil menarik koper bersama empat orang rekannya, mereka memasuki mobil yang khusus disiapkan oleh staf City di semacam pintu rahasia.
Dari sana, hari-hari Pellegrini di Manchester dimulai. Mulai dari mencoba jas di Hugo Boss, mengunjungi fasilitas latihan City di Carrington, ngobrol ngalor-ngidul mengenai pesanan kostum tim, hingga mengukur panjang rumput.
Pellegrini adalah anak kelima dari delapan bersaudara yang dibesarkan oleh keluarga kelas menengah di Santiago. Sejak kecil, ia selalu dijejali oleh ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teknik sipil dan musik klasik oleh ayahnya, Emilio.
Sembari mengejar mimpinya sebagai insinyur sipil, Pellegrini menghabiskan banyak waktunya untuk melakoni hobinya di bidang olahraga. Selain sepak bola, ia adalah orang yang amat mencintai tinju.
ADVERTISEMENT
Sepak bola ternyata menjadi jalan hidup yang diambil oleh Pellegrini. Di usia muda, ia masuk ke tim junior Audax Italiano dan Universidad de Chile. Di usia 20 tahun, ia dikontrak Universidad untuk bermain secara profesional.
Setelah 13 tahun menjadi pemain dan mencatatkan 457 penampilan, Pellegrini memutuskan untuk gantung sepatu. Batinnya, kalau tidak bisa menjadi pelatih, ia bisa saja melamar sebagai insinyur sipil di perusahaan-perusahaan kecil.
Karier kepelatihan Pellegrini dimulai saat ia menangani tim senior Universidad, dua tahun usai pensiun. Sayang, awal karier kepelatihannya tak berakhir apik di mana Universidad akhirnya terdegradasi ke Divisi Dua.
Dari Universidad, ia kemudian mencari pengalaman di Palestino selama dua musim. Berikutnya, ia menerima tawaran untuk melatih O’Higgins. Kariernya kian melesat saat ia dilantik untuk menjadi pelatih Universidad Catolica.
ADVERTISEMENT
Di Universidad, Pellegrini sempat mengalami masalah batin. Hal ini karena satu anak asuhnya Raimundo Tupper meninggal dunia karena terjun dari lantai sembilan sebuah hotel dalam sebuah uji tanding di Kosta Rika.
Apa yang dialami oleh Tupper membuat Pellegrini mengubah pendekatannya tentang sepak bola. Ia tak lagi menganggap anak asuhnya sebagai mesin yang bisa digunakan setiap waktu, tapi suku cadang yang bisa diganti setiap ia mengalami kebuntuan.
Perjalanan Pellegrini berlanjut dari satu klub ke klub lain. Hingga ia hijrah ke Argentina untuk menukangi River Plate. Di River, ia bertemu satu pemain yang amat dekat dan bahkan disebut punya hubungan bak ayah serta anak, Martin Demichelis.
Hubungan ayah dan anak pun berlanjut saat Pellegrini bertemu Juan Roman Riquelme di Villarreal. Di awal bersama, mereka amat dekat. Bahkan Pellegrini mengaku sampai memberikan saran khusus bagi pemain Argentina tersebut untuk tak ikut mundur saat diserang.
ADVERTISEMENT
Kedekatan keduanya akhirnya berakhir tak mengenakkan. Paham bahwa Pellegrini menganggapnya anak kesayangan, Riquelme sering meminta dispensasi untuk tak ikut latihan dan rapat tim. Situasi akhirnya reda saat manajemen Villarreal melepasnya ke Boca Juniors.
***
“Serang! Serang! Serang!” Manuel Pellegrini tak henti mengucapkan itu saat tim asuhannya, Manchester City, melakoni laga Liga Champions 2015/16 menghadapi Paris Saint-Germain.
Dalam kondisi 2-2 dan menyisakan beberapa menit, Pellegrini tak mau berpuas diri. Saking besarnya hasrat untuk memenangi pertandingan, ia mengganti David Silva dengan Wilfried Bony. Entah apa yang ada di pikirannya, meski keputusannya dikritik oleh seluruh tim.
Usaha Pellegrini memang gagal membuahkan hasil. Namun, apa yang dilakukannya hari itu dipuji banyak orang. Bagi mereka, apa yang dilakukan oleh Pellegrini adalah buntut dari minatnya untuk memenangi pertandingan.
ADVERTISEMENT
Pellegrini dikenal sebagai sosok yang punya hasrat untuk memenangi pertandingan. Di City, ia menunjukkan hasrat tersebut dengan mempraktikkan variasi saat menyerang lewat kombinasi umpan pendek, umpan silang, dan pergerakan tanpa bola.
Saat bertahan, Pellegrini mengedepankan pertahanan kokoh yang diwujudkan dalam kerapatan ketika diserang lawan. Umumnya, ia menginstruksikan anak asuhnya untuk selalu membentuk sebuah zona kecil demi memperkecil area serangan lawan.
Ketika menguasai bola, Pellegrini mengedepankan kombinasi semuanya. Ia tak memegang teguh satu skema, tapi mempersilakan anak asuhnya melakukan semuanya. Di dalam pikirannya, skema serangan apapun dipersilakan.
City meraih kesuksesan besar selama diasuh oleh Pellegrini . Dari total 167 pertandingan, ia berhasil mempersembahkan tiga gelar: Satu Premier League dan dua Piala Liga.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, nasib Pellegrini di City tak jauh-jauh dari pemecatan. Dengan dalih kedatangan Pep Guardiola, ia pun harus rela nasibnya sebagai juru taktik The Citizens berhenti di musim ketiga.
***
Jelang diputarnya musim 2018/19, West Ham United menunjuk Manuel Pellegrini sebagai manajer anyar. Seperti biasa, tak ada obralan janji yang keluar dari mulut pria yang kini berusia 64 tahun tersebut.
Dalam sebuah wawancara, ia hanya menuturkan satu target yang ingin dicapai bersama The Hammers, “Saya tak terbebani dengan apapun. Di sini, saya hanya punya satu rencana: memenangi sebanyak mungkin pertandingan bersama West Ham.”
Hasrat Pellegrini diteruskan oleh manajemen West Ham dengan beberapa pembelian cerdas. Di antaranya adalah Issa Diop, Lukasz Fabianski, Jack Wilshere, Andriy Yarmolenko, dan Felipe Anderson.
ADVERTISEMENT
Lewat kombinasi pengalaman, kedekatan, gaya kepelatihan, serta skuat mumpuni, tugas Pellegrini seyogyanya bakal berjalan mudah. Semoga, jalan berliku yang ditapak oleh Pellegrini selama ini membuahkan sebuah hasil menyenangkan untuk West Ham.
***
Pada Oktober 1983, band indie legendaris asal Manchester, The Smiths, merilis sebuah lagu berjudul 'This Charming Man'. Dalam lagu tersebut, Morrissey, si penggarap lirik, mengisahkan pertemuan dirinya (atau si orang pertama dalam kisah tersebut) dengan seseorang yang karismatik --si 'Charming Man' itu.
Si pria karismatik itu dikisahkan memiliki aura yang sulit untuk ditolak: Punya mobil mewah, ganteng, dan pandai merayu. Pellegrini memang jauh dari kesan tersebut. Alih-alih terlihat tampan dan pintar merayu, ia justru mirip dengan bapak-bapak bijak yang punya kesan teduh.
ADVERTISEMENT
Namun, rupanya di mana para pendukung Manchester City, Pellegrini punya aura yang tidak bisa ditolak. Justru Pellegrini yang teduh itulah yang membuat mereka jatuh hati. Maka, tidak heran apabila banner segede gaban dengan foto Pellegrini dan tulisan 'This Charming Man' kerap muncul di tribune-tribune Etihad.
West Ham, sementara itu, belum pernah ditangani pelatih karismatik belakangan ini. Sam Allardyce sering jadi bahan olok-olok --terutama setelah kelakuannya bertingkah bak calo ketika sudah jadi pelatih Timnas Inggris--, Slaven Bilic adalah rock star yang berangasan, sementara David Moyes terlihat seperti seorang om-om linglung.
ADVERTISEMENT