UEFA: Liga Super Eropa Bisa Jadi Kartel Bila Dibiarkan

14 Juli 2022 9:20 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo UEFA. Foto: Reuters/Denis Balibouse
zoom-in-whitePerbesar
Logo UEFA. Foto: Reuters/Denis Balibouse
ADVERTISEMENT
Uni Sepak Bola Eropa (UEFA) melontarkan kritikan pedas terhadap Liga Super Eropa. Di hadapan Mahkamah Uni Eropa (CJEU), Senin (12/7) waktu setempat, UEFA menyebut Liga Super Eropa dapat berkembang menjadi kartel.
ADVERTISEMENT
Hal itu didasarkan atas konsep ekslusivitas yang dianut Liga Super Eropa. Di mana hanya ada tim-tim besar yang boleh berkompetisi.
"Gagasan liga tertutup yang terdiri dari klub-klub kaya adalah contoh nyata dari kartel," ujar pengacara UEFA, Donald Slater, dikutip dari ESPN.
European Super League. Foto: Instagram/@european.super_league
Selain itu, bila Liga Super Eropa dibiarkan begitu saja, maka ekosistem sepak bola bisa terancam runtuh. Pasalnya, kecemburuan sosial antar klub sudah tak bisa terhindarkan.
Kemudian, peluang munculnya kompetisi serupa juga bisa menyeruak. Alhasil, Liga Super Eropa bisa menjadi benalu yang berbahaya bila dilegalkan.
"Selama beberapa dekade, UEFA berusaha untuk menyingkirkan klub-klub yang berusaha melakukan monopoli. Jadi, kami memiliki pengalaman untuk mengetahui situasi yang dibuat oleh pihak Liga Super Eropa dengan melihat sekilas," tambah Slater.
Fans Manchester City dan Chelsea memegang poster penolakan European Super League di di Stamford Bridge, London, Inggris. Foto: JUSTIN TALLIS / AFP
Di lain sisi, pihak Liga Super Eropa justru menilai UEFA melakukan tuduhan yang tidak berdasar. Mereka berdalih klub-klub yang ikut serta di kompetisi ini tidak akan absen di kompetisi bergengsi lainnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, kehadiran Liga Super Eropa hanya sebagai wadah baru untuk berkompetisi. Bukan untuk memonopoli sepak bola Eropa seperti yang dituduhkan.
"Apa yang diinginkan klub bukanlah untuk mendobrak kompetisi yang sudah ada. Jadi, kompetisi ini dibuat semata-mata hanya untuk meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan saja," ujar pengacara Liga Super Eropa, Luis Alonso, dikutip dari Mundo Deportivo.
"Dulu pada medio 1950-an beberapa klub Eropa berkumpul dan menghasilkan kompetisi prestisius, yaitu Liga Champions. Kini, kejadian serupa berulang dan menghasilkan Liga Super Eropa," tambahnya.
Hingga sidang dengar pendapat antara UEFA dan Liga Super Eropa berakhir, CJEU diketahui belum mengambil langkah apa pun. Sidang bahkan ditunda hingga tahun depan untuk menentukan vonis yang tepat.