Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada pemandangan berbeda saat Crystal Palace menjamu West Brom di pekan 27 Liga Inggris 2020/21. Pada pertandingan Sabtu (14/3) dini hari WIB, penyerang Palace, Wilfried Zaha , tak melakukan aksi berlutut sesaat sebelum pertandingan.
ADVERTISEMENT
Aksi yang biasa disebut Black Lives Matter ini jadi cara Premier League menyuarakan tindakan rasialisme. Ini terinspirasi dari kasus yang menimpa George Floyd yang menjadi korban oleh kepolisian Amerika.
Akan tetapi, di saat semua pihak melakukan aksi berlutut, Zaha tidak demikian. Akhirnya, dia buka suara terkait alasan di balik aksinya.
''Keputusan saya untuk berdiri saat kick-off telah diketahui oleh publik selama beberapa minggu belakangan. Tidak ada keputusan yang benar atau salah, tetapi bagi saya pribadi, saya merasa, berlutut saja menjadi bagian dari rutinitas pra-pertandingan dan saat ini tidak masalah apakah kami berlutut atau berdiri, beberapa dari kami masih terus menerima pelecehan,'' kata Zaha diwartakan Daily Mail.
''Saya tahu ada banyak pekerjaan yang dilakukan oleh Liga Premier dan otoritas lain untuk membuat perubahan, dan saya sangat menghormati itu, dan semua orang yang terlibat. Saya juga sangat menghormati rekan satu tim saya dan pemain di klub lain yang terus bertekuk lutut.''
ADVERTISEMENT
Zaha memang pernah mengalami pelecehan rasialis. Pada 12 Juli 2020, saat dirinya akan menghadapi Aston Villa, dia mendapat pesan, yang amat disayangkannya, adalah seorang bocah berusia 12 tahun.
Dari pengalaman yang dibagikannya, winger Pantai Gading itu diminta untuk tak mencetak gol. Pesan dari sang bocah diselipkan emotikon rasis.
Zaha mengakui bahwa sebelumnya dia banyak mendapatkan perlakukan serupa. Bahkan 50 laporan sudah dilayangkannya kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas.
''Sebagai masyarakat, saya merasa kita harus mendorong pendidikan yang lebih baik di sekolah, dan perusahaan media sosial harus mengambil tindakan lebih tegas terhadap orang-orang yang melecehkan orang lain, terutama masih banyak yang masih melakukannya di media sosial, bukan hanya pemain sepak bola.''
ADVERTISEMENT
''Saya sekarang hanya ingin fokus pada sepak bola dan menikmati kembali bermain di lapangan. Saya akan terus berdiri tegak,'' dia menjelaskan.
---