Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
1 dari 5 Pemain di Piala Dunia Wanita 2023 Jadi Target Pelecehan Online
12 Desember 2023 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SMPS telah membaca lebih dari lima juta unggahan di media sosial. Sebanyak 102 ribu di antaranya ditandai oleh AI untuk mendapatkan tinjauan lebih lanjut oleh manusia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7 ribu telah diidentifikasi sebagai tindakan diskriminatif, kasar, dan mengancam.
Di Piala Dunia Wanita 2023, kata-kata homofobik, seksis, dan pelecehan seksual menyumbang hampir 50 persen dari kasus yang telah diidentifikasi oleh SMPS FIFA. Selain itu, pemain di final Piala Dunia Wanita 2023 juga lebih besar kemungkinannya jadi sasaran pelecehan online, 29% lebih tinggi dari pemain di Piala Dunia 2022 Qatar.
Berdasarkan data dari FIFA, Amerika Serikat menempati posisi teratas dalam jumlah kasus pelecehan online tertinggi, disusul oleh Argentina di urutan kedua. FIFA juga menemukan ada sekitar 637 kasus pelecehan online terkait final Piala Dunia Wanita 2023 yang mempertemukan Inggris dan Spanyol pada 20 Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Mayoritas dari unggahan berisi kata-kata kasar itu berkaitan dengan anggota keluarga Inggris yang tidak menghadiri laga final antara Lionesses dan La Roja. Selain itu, FIFA juga telah menilik bahwa kasus pelecehan seksual yang dilakukan Luis Rubiales kepada Jenni Hermoso menciptakan lonjakan yang signifikan dalam kemunculan konten-konten kasar dan misoginis.
Pemain Timnas Wanita Kolombia, Leicy Santos, turut berkomentar soal perisakan online yang terkuak dalam laporan FIFA dan FIFPro tersebut. “Jika ada satu hal yang paling membuat para pesepak bola menderita, selain kekalahan, itu adalah hinaan-hinaan seperti ini.”
“Di luar apa yang kami lakukan sebagai pesepak bola profesional, kami adalah manusia. Beberapa pemain bisa saja tahan dengan pelecehan yang diterimanya secara online, tapi tidak pemain lain. Ini adalah masalah yang sensitif dalam hal kesehatan mental,” kata Santos, seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (12/12).
Sementara itu, Presiden FIFA, Gianni Infantino, mengatakan bahwa sejak diluncurkannya SMPS pada tahun lalu, pihaknya telah melaporkan dan menyembunyikan lebih dari 400 ribu komentar jahat. “Tidak ada tempat di media sosial bagi mereka yang melecehkan atau mengancam siapa pun,” katanya.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis mencatat bahwa sebanyak 67% unggahan tentang konten pelecehan atau penghinaan berasal dari Amerika Utara. Sementara 21% lagi muncul dari Eropa.
Beberapa postingan tersebut telah dilaporkan oleh FIFA ke platform media sosial masing-masing. Namun sayangnya, tanggapan dari platform tersebut bersifat “sporadis”.
Meski begitu, jika memungkinkan, FIFA akan memberikan bukti mengenai identitas pemilik akun yang mengunggah konten-konten pelecehan itu kepada federasi sepak bola masing-masing dan juga lembaga penegak hukum.