Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anggota Parlemen Inggris Desak FIFA Dukung Timnas Wanita Afghanistan
24 Juni 2023 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sejak Taliban menguasai Afghanistan , wanita dilarang bermain sepak bola. Bahkan hingga saat ini, tim nasional wanita Afghanistan pun belum diakui secara resmi oleh pemerintahan Taliban, sehingga tidak dapat bersaing di turnamen internasional.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat lebih dari 100 anggota parlemen Inggris mendesak Presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk melakukan berbagai cara demi mendukung sepak bola wanita di Afghanistan. Para anggota parlemen itu ingin memastikan wanita Afghanistan dapat kembali menunjukkan wajah mereka di panggung internasional.
Dua tokoh yang mendukung kebijakan parlemen Inggris itu adalah peraih hadiah Nobel sekaligus aktivis asal Pakistan, Malala Yousafzai; dan eks kapten Timnas Wanita Afghanistan, Khalida Popal. Mengutip The Guardian, keduanya menulis surat yang berisi seruan kepada Dewan FIFA untuk melawan pembatasan terhadap wanita di Afghanistan.
Selain ditandatangani oleh 76 anggota parlemen Inggris, surat yang ditulis parlemen dan Popal tersebut juga turut mendapatkan perhatian dari anggota parlemen Australia, Portugal, dan Italia. Salah satu anggota parlemen Inggris, Julie Elliott, mengatakan bahwa FIFA harus menjunjung tinggi kesetaraan terhadap wanita.
ADVERTISEMENT
“Hak untuk bermain sepak bola dan hak untuk bersaing, harus dilindungi. FIFA harus menjunjung tinggi komitmen mereka terhadap kesetaraan, dan saya percaya bahwa FIFA harus melakukan lebih banyak lagi untuk mendukung para wanita ini mendapatkan kembali tempat mereka di pentas dunia,” ungkap Julie Elliot.
Malala Yousafzai menulis cuitan di Twitter terkait tim sepak bola wanita Afghanistan. Yousafzai mengatakan bahwa The Lions of Afghanistan tetap menjadi simbol keberanian saat Taliban ‘menghapus wanita’ dari semua kehidupan publik.
“Saat Taliban menghapus wanita dari semua kehidupan publik, tim sepak bola wanita Afghanistan tetap menjadi simbol keberanian dan perlawanan bagi negara mereka,” tulis peraih penghargaan Nobel tahun 2014 itu di Twitter.
“Itulah mengapa saya bergabung dengan Khalida Popal dan lebih dari 100 anggota parlemen dari Inggris, Australia, Portugal, dan Italia untuk mengirim surat ke FIFA meminta mereka untuk menolak pembatasan dan mengizinkan kebebasan perempuan Afghanistan untuk bermain sepak bola,” imbuhnya kemudian.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Khalida Popal menambahkan bahwa dirinya ingin ada solusi permanen terhadap situasi kelut ini. Ia menginginkan FIFA untuk melakukan lebih banyak cara demi mempertahankan bakat sepak bola wanita di Afghanistan.
“Kami menginginkan solusi permanen untuk situasi ini. Kami ingin berbuat lebih banyak untuk mengenali tim, untuk membantu kami mengatur sebuah komite yang membantu dan mempertahankan bakat yang begitu lazim di Afghanistan sebelum hak kami dicabut,” ungkap Popal.
Selaku induk sepak bola dunia, FIFA hanya bisa menyampaikan jika pemilihan pemain dan tim merupakan urusan internal yang tidak dapat dicampur tangankan oleh orang luar.
“Pemilihan pemain dan tim yang mewakili asosiasi anggota dianggap sebagai urusan internal,” kata FIFA .
Pada 2021, pemain timnas wanita senior Afghanistan dievakuasi ke Australia, negara yang kini menjadi tuan rumah Piala Dunia Wanita 2023 bersama dengan Selandia Baru. Para pemain tersebut membentuk sebuah tim dan bermain di divisi ketujuh Liga Australia, Melbourne Victory FC AWT.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pemain junior sepak bola wanita Afghanistan melarikan diri ke Portugal dan Italia. Serta sekitar 30 pemain -termasuk timnas junior Afghanistan dan beberapa tim provinsi Herat- berhasil datang ke Inggris dengan bantuan klub Leeds United.